Guru Besar USK Sebut Ada Pihak Tak Ingin Pelabuhan Krueng Geukueh Maju, Medan Dinilai Pesaing Utama
, Lhokseumawe — Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (USK), Prof. Dr. Apridar, SE., M.Si, menegaskan bahwa perkembangan Pelabuhan Umum Krueng Geukueh, Aceh Utara, tidak diinginkan oleh semua pihak.
Ia secara terbuka menyebut Kota Medan sebagai pesaing utama yang diyakini memiliki kepentingan agar pelabuhan strategis Aceh itu tidak tumbuh dan terbuka.
“Ini terus terang ya. Yang menjadi persoalan sekarang, tidak semua orang kepingin Pelabuhan Krueng Geukueh maju dan berkembang apalagi terbuka, terutama pesaing kita. Medan itu punya cara dia untuk menggagalkannya. Membuat tekanan, membuat cost biaya menjadi tinggi, itu adalah permainan lapangan yang dilakukan,” ujar Apridar, Senin (17/11/2025).
Dialog tersebut mengangkat tema “Pelayaran Krueng Geukueh–Malaysia” dengan menghadirkan sejumlah narasumber lain, yakni H. Jirwani, SE (Nek Jir), Wakil Ketua I DPRK Aceh Utara, dan Said Fachri, Anggota DPRK Lhokseumawe.
Model persaingan yang disampaikan Apridar bukan sekadar asumsi. Menurutnya, fenomena permainan lapangan itu telah lama dirasakan para pengusaha Aceh dan pernah mereka sampaikan kepada Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf (Mualem) melalui Dewan Ekonomi Aceh.
Namun, ujar Apridar, tantangan tersebut bisa diatasi jika Aceh serius membangun kembali jalur perdagangan laut secara konsisten.
Atas pertimbangan itulah, kata Apridar, Gubernur Mualem kemudian memilih untuk menghidupkan kembali rute pelayaran dan kawasan perdagangan Aceh melalui Pelabuhan Krueng Geukueh, meski harus berhadapan dengan risiko besar dari pesaing regional.
“Seorang pemimpin harus punya keyakinan dan pendirian teguh untuk mewujudkan tujuan mulianya demi kemaslahatan bersama,” kata Apridar.
Ia mengajak seluruh pihak di Aceh untuk memahami arah kebijakan ini serta memberikan dukungan penuh agar jalur perdagangan laut Aceh kembali bergairah.
Menurutnya, Pelabuhan Krueng Geukueh bukan sekadar infrastruktur ekonomi, tetapi bagian dari jejak sejarah kejayaan Aceh yang pernah berjaya sebagai kekuatan maritim karena posisinya di jalur perairan internasional Selat Malaka.
Apridar menegaskan bahwa Gubernur Mualem tidak bekerja sendirian. Ada tim ahli dan jaringan pengusaha Aceh yang ikut menguatkan inisiatif tersebut.
“Gubernur Mualem tidak sendirian. Dia punya tim ahli yang telah mengkaji dan memberi masukan tersebut. Beberapa pengusaha Aceh yang telah sukses di luar juga ada di balik Mualem. Salah satunya Bos Trans Continent, Ismail Rasyid, Putra Aceh Utara,” kata Apridar.
Dewan Ekonomi Aceh, menurutnya, telah memetakan berbagai kemungkinan risiko serta menyiapkan mitigasi menghadapi kompetisi dagang kawasan.
Apridar menilai bahwa keberhasilan mengaktifkan kembali pelayaran Krueng Geukueh–Malaysia akan membawa dampak yang sangat besar, terutama pada sektor ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
“Kita harus dukung ini, serta siap menjawab persaingan di lapangan nantinya. Jika ini berhasil terwujud maka tak terbayangkan seberapa besar lapangan kerja baru kawasan Pelabuhan,” ajaknya.
Ia berharap masyarakat, pengusaha, dan pemerintah daerah bersatu mendukung kebijakan strategis tersebut sebagai langkah kebangkitan ekonomi Aceh yang lebih mandiri dan kompetitif.[]
