Header INS Spirit

Sindikat TPPO Sasar Pemuda Aceh

Foto ilustrasi TPPO. (Foto net).

INISIATIF.CO, Banda Aceh — Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Aceh terus menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam tiga tahun terakhir. Jika sebelumnya perempuan dari keluarga ekonomi menengah ke bawah lebih rentan menjadi korban, kini giliran pemuda usia produktif yang semakin banyak terjerat bujuk rayu jaringan ilegal perekrutan tenaga kerja.

Data Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Aceh memperlihatkan lonjakan yang cukup mengkhawatirkan. Pada 2023, tercatat 20 kasus pengaduan dengan tiga di antaranya terindikasi TPPO. Jumlah ini naik menjadi 29 kasus dengan tujuh terindikasi TPPO pada 2024.

Sementara hingga Agustus 2025, sudah ada 32 kasus dengan 10 di antaranya diduga kuat berkaitan dengan perdagangan orang.

Humas BP3MI Aceh, Fauzah Marhamah, S.Psi., M.Sc., mengungkapkan bahwa pola korban kini mulai bergeser.

“Kalau lima tahun belakangan, korban TPPO didominasi perempuan dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Namun, dalam tiga tahun terakhir yang menjadi korban justru pemuda Aceh berusia di bawah 30 tahun, bahkan ada yang lulusan universitas ternama,” ujarnya kepada wartawan di Banda Aceh, Senin (22/9/2025).

Menurut Fauzah, perubahan tren ini menuntut adanya upaya pencegahan yang lebih kreatif dan tepat sasaran.

“Artinya, cara-cara pencegahannya juga harus lebih inovatif agar anak-anak muda Aceh tidak mudah terjerat rayuan calo-calo ilegal untuk bekerja di luar negeri,” tegasnya.

Modus perekrutan umumnya dilakukan dengan menjanjikan gaji tinggi, fasilitas kerja memadai, hingga bonus menggiurkan. Namun, kenyataannya jauh berbeda. Banyak korban justru dipaksa bekerja dalam kondisi tidak manusiawi, sebagian bahkan dijebak dalam praktik kejahatan lintas negara.

Fauzah menekankan, keterlibatan semua pihak menjadi krusial untuk memutus mata rantai perdagangan orang. Mulai dari pemerintah, aparat desa, hingga keluarga harus proaktif memberikan edukasi kepada masyarakat.

“Pencegahan sejak dini sangat krusial agar generasi muda Aceh tidak menjadi korban berikutnya dari jaringan perdagangan orang,” pungkasnya.

Tren peningkatan kasus ini menjadi alarm serius bagi Aceh. Di tengah sempitnya lapangan kerja, rayuan pekerjaan ke luar negeri kerap menjadi jebakan berbahaya yang mengancam masa depan generasi muda.[]

Editor : Yurisman
inisiatifberdampak
Tutup