Ribuan Penulis Ikut Pemecahan Rekor MURI Fiksi Mini, Guru Aceh Tamiang Masuk 200 Terbaik
INISIATIF.CO, Jakarta — Ribuan penulis dari seluruh Indonesia berhasil mencatatkan sejarah dengan ikut serta dalam pemecahan Rekor MURI penulisan fiksi mini terbanyak.
Ajang literasi yang digelar oleh SIP Publishing bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI ini berlangsung meriah di Auditorium Perpusnas RI, Jakarta, Jumat (19/9/2025).
Dari total 5.537 karya yang masuk, panitia menyeleksi hingga meloloskan 3.149 karya terbaik yang kemudian dibukukan dalam 55 buku antologi. Tidak hanya itu, dari ribuan karya tersebut, terpilih 200 penulis terbaik, salah satunya berasal dari Aceh Tamiang, yaitu Nurul Wahida, guru Fisika MAN 2 Aceh Tamiang.
Karya Nurul Wahida yang berjudul “Membawa Lapar hingga Ke Surga” mengangkat penderitaan warga Gaza akibat kelaparan dan genosida. Baginya, menulis adalah cara sederhana untuk menebar kebaikan dan menyuarakan kepedulian pada isu kemanusiaan.
“Meski saya guru Fisika, saya sangat menyukai literasi dan menulis, baik fiksi maupun non-fiksi. Menulis adalah jalan untuk berbagi pesan kebaikan,” ungkap Nurul Wahida.
Selain Nurul, delapan guru madrasah lainnya dari Aceh Tamiang juga ikut berpartisipasi, di antaranya Febri Mira Rizki (MTsN 1 Aceh Tamiang), Yusrianum (Kepala Madrasah), Sri Ayu, Nur Ainun, Ratnawati (MIN 7 Aceh Tamiang), Eka Lestari (MTsN 3 Aceh Tamiang), Sri Machdahariati (MIN 4 Aceh Tamiang), dan Sri Utami (MIN 2 Aceh Tamiang).
Ajang ini mendapat bimbingan langsung dari tim SIP Publishing dengan dukungan Indra Defandra selaku direktur, serta Heri Hendrayana Harris (Gol A Gong), penulis fenomenal sekaligus mantan Duta Baca Indonesia, yang ikut memberi arahan dan menyumbangkan karya dalam setiap buku antologi.
Kepala Perpusnas RI, Prof. E. Aminudin Aziz, dalam sambutannya mengapresiasi ribuan penulis yang terlibat. Ia menegaskan, membaca dan menulis adalah kontribusi nyata dalam membangun literasi bangsa.
“Menulis dan membaca adalah cara kita ikut menjaga peradaban. Saya mengajak semua penulis untuk terus konsisten berkarya,” ujarnya.
Rekor MURI ini menjadi bukti bahwa gerakan literasi di Indonesia terus berkembang. Kehadiran para guru dari Aceh Tamiang menambah kebanggaan, karena berhasil membawa daerahnya ikut terukir dalam sejarah literasi nasional.[]