Jejak Po Adam di Logo Salem, Bupati Abdya dan Peneliti AS Prof Feener Bahas Sejarah Aceh–Amerika
INISIATIF.CO, Blangpidie – Sejarah panjang hubungan antara Aceh dan Amerika Serikat kembali mendapat sorotan. Hal ini mengemuka dalam pertemuan antara peneliti internasional Prof Michael Feener dari Maritime Asia Heritage Survey (MAHS) dengan Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Safaruddin, di Pendopo Bupati Abdya, Senin (18/8/2025).
Prof Feener, akademisi asal Kota Salem, Massachusetts, Amerika Serikat, hadir di Abdya untuk meneliti jejak perdagangan rempah yang pernah menghubungkan Aceh dengan dunia internasional. Salah satu pembahasan utama adalah logo resmi Kota Salem yang diyakini menampilkan sosok Po Adam, seorang bangsawan Aceh dari Kerajaan Kuala Batee.
“Ini bukan sekadar simbol, tapi jejak nyata hubungan lintas samudera yang telah terjalin hampir dua abad,” ujar Prof Feener.
Po Adam dan Jejak Lada Aceh
Menurut catatan sejarah, Po Adam merupakan mitra dagang Joseph Peabody, saudagar lada terkaya dari Kota Salem pada abad ke-19. Hubungan dagang ini menempatkan Aceh sebagai salah satu simpul utama dalam jalur rempah global.
Namun, hubungan Aceh–Amerika juga pernah diwarnai tragedi. Pada 1831, Presiden Andrew Jackson memerintahkan kapal perang USS Potomac menyerang Kuala Batee sebagai balasan atas insiden kapal dagang Friendship. Serangan tersebut menewaskan ratusan warga dan tercatat sebagai salah satu peristiwa kelam dalam sejarah maritim Aceh.
Dalam kesempatan itu, Bupati Safaruddin menegaskan pentingnya generasi muda memahami peran besar Aceh dalam percaturan sejarah dunia.
“Aceh, meski kecil di peta dunia hari ini, pernah memberi makna besar dalam hubungan antarbangsa melalui perdagangan, komoditas strategis, dan jalur maritim,” katanya.
Ia juga menyinggung Pelabuhan Teluk Surin dengan dermaga tuanya sebagai bukti kejayaan masa lalu. Menurutnya, situs bersejarah itu bisa dihidupkan kembali sebagai simbol kebangkitan perdagangan Aceh di masa kini.
Lebih jauh, Safaruddin menekankan komitmennya menjadikan Abdya sebagai jembatan diplomasi budaya dunia. Ia menilai kerja sama internasional di bidang perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan perlu diperkuat untuk mengembalikan marwah Aceh di kancah global.