ANTINARKOBA

BPS: Warga Miskin di Indonesia Lebih Banyak Belanja Rokok daripada Kebutuhan Pokok

BPS mencatat pengeluaran rumah tangga miskin di perdesaan lebih besar untuk rokok daripada kebutuhan lain seperti makanan bergizi dan pendidikan. (Foto: Baladena.id).

INISIATIF.CO, Surabaya – Meski angka kemiskinan di Indonesia terus menunjukkan penurunan, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap fakta mengejutkan. Pengeluaran warga miskin untuk rokok kretek filter justru lebih tinggi dibandingkan kebutuhan pokok lain seperti beras dan pendidikan.

Dalam laporan resmi BPS per Maret 2025, tercatat bahwa jumlah penduduk miskin nasional mencapai 23,85 juta jiwa atau sekitar 8,47 persen dari total penduduk. Namun, di balik capaian tersebut, muncul kekhawatiran baru soal struktur pengeluaran masyarakat miskin.

“Di perkotaan, warga miskin membelanjakan 23,47 persen pendapatannya untuk rokok kretek filter, sedangkan untuk beras hanya 22,68 persen,” ujar Satriyo Wibowo, Kepala Bagian Umum BPS Jawa Timur.

Situasi yang lebih memprihatinkan terjadi di pedesaan. Warga miskin di wilayah rural mengalokasikan 26 persen pengeluarannya untuk rokok, dan 25,73 persen untuk beras. Artinya, rokok menjadi barang konsumsi nomor satu di kalangan masyarakat miskin, bahkan mengungguli kebutuhan pokok seperti makanan utama dan kebutuhan pendidikan.

Kemiskinan Menurun, Konsumsi Tak Berubah

Di Jawa Timur, BPS mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 mencapai 3,88 juta jiwa, turun dari 3,89 juta jiwa pada September 2024. Persentase penduduk miskin pun menurun dari 9,56 persen menjadi 9,5 persen.

Meski begitu, Satriyo menegaskan bahwa pola konsumsi yang tidak produktif masih menjadi hambatan serius dalam upaya peningkatan kualitas hidup.

“Tingginya pengeluaran untuk rokok menunjukkan bahwa pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk memperbaiki gizi, pendidikan, atau kesehatan justru teralihkan pada konsumsi yang tidak berdampak langsung terhadap kesejahteraan,” katanya.

Selain rokok dan beras, pengeluaran terbesar warga miskin di sektor non-makanan adalah untuk perumahan, bahan bakar, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. Garis kemiskinan Jawa Timur pada Maret 2025 tercatat sebesar Rp558.029/kapita/bulan, dengan porsi terbesar masih berasal dari kebutuhan makanan, yaitu Rp425.719 atau 76,29 persen.

Penulis : Yurisman
inisiatifberdampak
Tutup