Alarm Bahaya di Rawa Tripa, 26 Hektare Hutan Gambut Hilang dalam Sekejap
INISIATIF.CO, Banda Aceh – Alarm krisis lingkungan kembali berdentang dari jantung ekosistem Rawa Tripa di pesisir barat Aceh. Data satelit Global Forest Watch terbaru mengungkap hilangnya 26,78 hektare hutan gambut hanya dalam hitungan singkat.
Laporan tersebut bahkan mencatat 2.180 peringatan deforestasi, sebuah indikasi kuat adanya lonjakan aktivitas pembukaan lahan ilegal yang kian tak terkendali.
Direktur Yayasan Apel Green Aceh, Rahmad Syukur, mengecam keras kerusakan itu. Menurutnya, hancurnya kawasan gambut Tripa bukan sekadar berkurangnya tutupan pohon, melainkan sebuah bencana ekologis yang ancamannya langsung dirasakan oleh masyarakat.
“Negara tidak boleh tutup mata. Rawa Tripa adalah benteng terakhir kita dari krisis iklim. Setiap hektare yang hilang berarti memperbesar ancaman banjir, kekeringan, konflik satwa, dan penderitaan masyarakat lokal,” tegas Rahmad, Selasa (26/8/2025).
Ia menduga kuat bahwa praktik perusakan ini terkait dengan pembukaan lahan sawit ilegal yang berlangsung sistematis, atau akibat adanya pembiaran dari aparat berwenang. Jika hal ini terus dibiarkan, katanya, publik wajar menilai negara seakan berpihak pada kepentingan korporasi yang merusak hutan.
“Kalau penegakan hukum terus lemah, jangan salahkan rakyat jika menganggap negara berpihak pada korporasi perusak hutan,” ujarnya dengan nada keras.
Rahmad menekankan bahwa pemerintah pusat maupun daerah tidak bisa lagi menunda langkah konkret. Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku perusakan, moratorium permanen pembukaan lahan gambut, serta perlindungan penuh terhadap Rawa Tripa menjadi agenda mendesak yang harus segera dijalankan.
Selain itu, ia juga mendesak transparansi dalam pengelolaan kawasan hutan, agar publik dapat mengawasi arah kebijakan dan implementasinya.
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa Rawa Tripa adalah salah satu kawasan gambut terpenting di dunia. Ekosistem ini menyimpan jutaan ton karbon yang berperan vital dalam meredam laju krisis iklim. Tak hanya itu, Rawa Tripa juga menjadi habitat bagi satwa langka yang dilindungi, seperti orangutan Sumatera dan harimau, yang kini berada di ambang kepunahan.
“Jika Rawa Tripa hancur, itu berarti kita sedang menggali kubur peradaban sendiri. Saatnya bertindak sekarang, sebelum semuanya terlambat. Mari bersuara, mari bertindak demi keberlanjutan Rawa Tripa dan masa depan bumi kita,” pungkasnya.[]