ANTINARKOBA

Rencana Penambahan Batalyon TNI Diprotes di Aceh: Membangun atau Menggoyang Perdamaian?

Ratusan prajurit TNI AD dari Batalyon Infanteri Raider 142/Ksatria Jaya mengikuti upacara pemberangkatan Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur di Pelabuhan Boom Baru Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (28/8/2019). Sebanyak 400 orang prajurit TNI AD dari Batalyon Infanteri Raider 142/Ksatria Jaya, Jambi diberangkatkan untuk pengamanan perbatasan negara Republik Indonesia-Republik Demokratik Timur Leste selama sembilan bulan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.

Jalan Tengah: Reformulasi, Bukan Penolakan Total?

Situasi ini mencerminkan dilema antara kebutuhan pembangunan dan komitmen perdamaian. Satu sisi, TNI ingin bertransformasi menjadi kekuatan produktif yang relevan dengan tantangan zaman. Di sisi lain, pengalaman traumatis masyarakat Aceh dan sensitivitas terhadap kehadiran militer harus dihormati sebagai bagian dari rekonsiliasi yang belum tuntas.

Solusinya mungkin bukan sekadar menolak atau menerima. Pemerintah pusat dan TNI bisa membuka ruang dialog dengan masyarakat Aceh, menawarkan reformulasi: mempertahankan fungsi produktif TNI tanpa harus memperbanyak jumlah batalyon. Misalnya, memperkuat peran Koramil dan Babinsa yang sudah ada, atau bermitra dengan dinas daerah melalui program lintas sektor.

Membangun bangsa tak harus dengan senjata di pundak. Di tanah bekas luka seperti Aceh, menjaga damai bisa jadi adalah bentuk pembangunan paling mulia.[]

Editor : Ikbal Fanika
inisiatifberdampak
Tutup