HUT RI Ke 80

Mobilitas Warga Aceh Berubah, Penerbangan Ramai, Kapal Laut Sepi

Suasana di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, yang mencatat lonjakan penumpang domestik dan internasional pada Juli 2025. (Sumber foto: Dishub Aceh).

INISIATIF.CO, Banda Aceh – Mobilitas masyarakat Aceh pada Juli 2025 menunjukkan tren berbeda antara jalur udara dan laut. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat jumlah penumpang pesawat melonjak signifikan, sementara penumpang kapal laut justru menurun drastis.

BPS Aceh menyebutkan jumlah penumpang domestik yang berangkat melalui Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda mencapai 25.907 orang, naik 22,22 persen dibandingkan Juni 2025. Lonjakan serupa juga terjadi pada penerbangan internasional yang tercatat 13.177 orang, atau naik 11,94 persen dibanding bulan sebelumnya.

“Peningkatan ini mengindikasikan semakin besarnya minat masyarakat menggunakan moda transportasi udara, baik untuk rute domestik maupun internasional,” demikian laporan BPS Aceh, Senin, (1/9/2025).

Namun, tren berbeda justru terjadi pada moda angkutan laut. Jumlah penumpang kapal di seluruh Provinsi Aceh pada Juli 2025 hanya 98.007 orang, turun 18,99 persen dibandingkan Juni 2025. Secara tahunan, angka itu juga merosot 13,91 persen dibandingkan Juli 2024.

Penurunan ini disebut-sebut dipengaruhi oleh berkurangnya intensitas perjalanan laut akibat peralihan ke transportasi udara yang dianggap lebih cepat dan efisien, meski biaya relatif lebih tinggi.

Moda Transportasi Udara Semakin Diminati

Peningkatan signifikan pada sektor penerbangan diyakini berkaitan dengan tingginya mobilitas masyarakat untuk urusan bisnis, pendidikan, hingga pariwisata. Apalagi, Bandara Sultan Iskandar Muda menjadi pintu utama keluar-masuk Aceh, baik dari kota-kota besar di Indonesia maupun negara tetangga.

BPS juga mencatat adanya pertumbuhan rute internasional yang memperluas konektivitas Aceh ke berbagai destinasi global. Hal ini menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah penumpang mancanegara yang datang maupun berangkat dari Aceh.

Sementara itu, moda angkutan laut menghadapi tantangan serius. Meski masih menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat kepulauan dan daerah pesisir, tren penurunan jumlah penumpang patut menjadi perhatian. Faktor efisiensi waktu dan kenyamanan yang ditawarkan transportasi udara diduga menjadi penyebab utama bergesernya preferensi masyarakat.

Pengamat transportasi menilai, penurunan ini bisa menjadi momentum bagi pemerintah daerah dan operator kapal untuk meningkatkan kualitas layanan, memperbaiki jadwal pelayaran, serta memperkuat fasilitas pelabuhan agar tetap kompetitif.[]

Editor : Ikbal Fanika
inisiatifberdampak
Tutup