Header INS Spirit

Bertani Tak Harus Lahan Luas, Kadistanpan Abdya Beri Contoh Berkebun dari Rumah Sendiri

Kadistanpan Abdya, Hendri Yadi, memberi teladan dengan mempraktikkan sistem tumpang sari di pekarangan rumahnya. Ia mengajak masyarakat memanfaatkan lahan kosong untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus menambah penghasilan. (Foto: Fitria Maisir/INISIATIF.CO)

INISIATIF.CO, Blangpidie — Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Kadistanpan) Aceh Barat Daya (Abdya), Hendri Yadi, memilih memberi teladan langsung kepada warganya. Di halaman belakang rumahnya, ia mempraktikkan sistem tumpang sari untuk mengelola lahan kosong.

Langkah sederhana itu, kata Hendri, bisa menjadi cara praktis masyarakat memenuhi sebagian kebutuhan pangan rumah tangga sekaligus menambah penghasilan.

“Selama ini banyak pekarangan dibiarkan kosong. Padahal, lahan sekecil apa pun bisa ditanami cabai, sayuran, atau jagung,” ujarnya, Jumat (3/10/2025)

Tumpang sari, jelas Hendri, merupakan teknik bercocok tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman di lahan yang sama. Cara ini sudah lama dikenal petani, namun penerapannya di pekarangan rumah masih minim. Ia menilai, jika masyarakat mulai memanfaatkannya, dampaknya bukan hanya pada ketersediaan pangan keluarga, tetapi juga ketahanan pangan daerah.

“Kalau bisa panen sendiri cabai atau tomat, otomatis pengeluaran berkurang. Bahkan kalau hasilnya berlebih bisa dijual,” kata Hendri.

Selain keuntungan ekonomi, tumpang sari juga dianggap lebih aman dari risiko gagal panen. Bila satu tanaman tidak tumbuh optimal, jenis lain tetap bisa dipanen. Karena itu, Hendri berkomitmen mendorong masyarakat Abdya untuk ikut memanfaatkan pekarangan rumah.

Dinas Pertanian dan Pangan, kata dia, bakal memperkuat program Gerakan Pemanfaatan Lahan Pekarangan (GPLP) dengan dukungan penyuluh pertanian di setiap kecamatan.

“Bertani tidak harus menunggu punya lahan luas. Pekarangan bisa jadi kebun produktif,” katanya.

Inisiatif Hendri memantik perhatian publik. Rahmat, tokoh pemuda Blangpidie, menilai tindakan itu lebih efektif ketimbang sekadar imbauan.

“Kalau pejabat memberi contoh nyata, masyarakat lebih mudah meniru,” ujarnya.

Fenomena harga cabai dan sayuran yang kerap melonjak di pasar, menurut Hendri, juga menjadi alasan pentingnya warga belajar menanam sendiri.

“Kalau harga naik, tidak perlu panik. Kita bisa ambil dari kebun,” ucapnya.

Selain tumpang sari, masyarakat dengan lahan terbatas didorong mencoba metode urban farming seperti hidroponik dan vertikultur.

Dinas, kata Hendri, siap memberi pendampingan teknis agar warga bisa menyesuaikan dengan kondisi pekarangan masing-masing.

Ia berharap semakin banyak warga tergerak mengikuti langkah kecil ini.

“Kalau setiap rumah bisa memanfaatkan lahannya, maka ketahanan pangan daerah otomatis menguat. Kita mulai dari rumah sendiri,” pungkas Hendri.[]

Editor : Yurisman
inisiatifberdampak
Tutup