Tradisi ‘Meugang’ dan Kegagalan Pemkab Abdya Mengendalikan Harga Daging
Sumber Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) INISIATIF.CO menemukan bahwa 74% pedagang di Abdya mengaku “dipaksa” menaikkan harga oleh distributor yang mengontrol pasokan. Ini adalah bukti nyata ‘ketidakberdayaan’ daerah melindungi pasar dari oligarki lokal. Di sisi lain, pemerintah daerah tidak memiliki mekanisme darurat seperti subsidi sementara atau kerja sama dengan distributor. Kebijakan serupa justru sukses diterapkan di Pidie Jaya dan Bener Meriah melalui program voucher daging untuk keluarga miskin.
Kegagalan ini semakin tragis mengingat APBD Abdya 2025 diperkirakan mencapai Rp.974 miliar, dengan alokasi Rp.786 Juta untuk ketahanan pangan (–sebelum efisiensi). Pertanyaan kritisnya; kemana mengalir anggaran tersebut jika stabilitas harga daging tak kunjung terjamin? Padahal, di daerah lain, anggaran serupa digunakan untuk membangun lumbung ternak desa atau memberikan insentif kepada peternak lokal. Di Abdya, ketiadaan transparansi dan prioritas yang keliru membuat masyarakat terus menjadi korban.
Solusi mendesak harus dimulai dari kepemimpinan yang berani mengambil langkah tegas. Pertama, pemerintah perlu membentuk satuan tugas darurat gabungan TNI/Polri, Dinas Perdagangan, dan organisasi masyarakat untuk memutus mata rantai kartel pasokan.
Kedua, penerbitan Peraturan Bupati tentang harga maksimal daging wajib diikuti sanksi pencabutan izin bagi pelanggar. Ketiga, percepatan program lumbung ternak berbasis partisipasi masyarakat dan CSR perusahaan sawit dan tambang lokal bisa menjadi solusi jangka menengah. Tidak kalah penting, subsidi silang melalui BUMD pangan harus dijalankan untuk menekan margin keuntungan pedagang, sehingga harga tetap terjangkau.
Meugang bukan sekadar tradisi, melainkan cerminan keadilan sosial. Masyarakat miskin di Abdya berhak merasakan sukacita meugang tanpa terbebani harga daging yang menyiksa. Jika Bupati sekarang tetap abai, ia tidak hanya gagal memenuhi hak dasar warga, tetapi juga mengkhianati filosofi meugang sebagai simbol kepedulian dan kebersamaan. Stabilitas harga daging adalah ujian nyata bagi komitmen pemerintah hadir di tengah penderitaan rakyat.