Tak Tersinggung Soal Film ‘Walid Nak Dewi’, UAS: Saya Tak Pernah Bersentuhan dengan Santri
INISIATIF.CO, Banda Aceh – Film drama asal Malaysia bertajuk “Bidaah” yang menyinggung isu sensitif di lingkungan keagamaan, sempat memicu reaksi publik karena dianggap menyentil dunia pesantren.
Namun, Ustaz Abdul Somad (UAS) dengan tenang merespons kegaduhan tersebut dalam sebuah pengajian bersama jamaah, seperti terekam dalam video yang kini beredar luas di media sosial, seperti dilihat INISIATIF.CO, Selasa (15/4/2025).
Dalam ceramahnya, UAS menjelaskan bahwa ia tidak merasa tersinggung dengan kehadiran film tersebut, meskipun banyak pihak mengaitkannya dengan praktik di lingkungan pondok pesantren.
“Kejahatan-kejahatan apa itu namanya… kejahatan seksual,” ujar UAS membuka pernyataannya.
“Banyak yang tersinggung dengan sinetron ini. Saya di-WA orang, ‘Ustaz, tersinggung tak dengan sinetron ini?’ saya bilang, ‘saya tak singgung.’ kenapa? karena saya tak pernah bersalaman dengan santri sekalipun,” tegas UAS dihadapan jamaah.
Lebih lanjut, UAS menekankan prinsip kehati-hatian yang ia pegang dalam berinteraksi dengan santri dan jamaahnya.
“Tak pernah tanya santri, tak pernah bersalaman, dan tidak pernah duduk-duduk sama santri berdekat-dekatan. Saya tak pernah wawancara langsung dengan jamaah perempuan. Kalau ada yang bertanya, itu melalui ustazah,” tambahnya.
Pernyataan ini disampaikannya sebagai klarifikasi bahwa dirinya tak merasa menjadi bagian dari sosok yang disorot dalam film tersebut. Ia justru menyebut bahwa yang merasa tersinggung kemungkinan besar memiliki alasan tersendiri.
“Jadi, yang tersinggung, tersinggung berarti kejahatan seksual. Berapa banyak kejahatan?” tanyanya retoris kepada jamaah.
UAS kemudian memperluas pembahasannya, menyentil berbagai bentuk kejahatan yang ia sebut terbagi menjadi tiga. UAS merinci, kejahatan seksual, kejahatan nonseksual (seperti judi dan riba), dan kejahatan lisan.
“Laki saya nih, Pak Ustaz, main judi online. Laki saya nih, Pak Ustaz, main chat online seksual,” katanya menirukan aduan yang sering diterimanya.
“Kejahatan itu ada tiga. Pertama seksual, kedua nonseksual seperti judi, riba, zina, dan ketiga adalah mulut. Mulut yang kasar, caci maki, gibah, namimah, adu domba, sumpah serapah,” jelasnya.
Dalam konteks ibadah, UAS menekankan pentingnya menjaga diri dari ketiga jenis kejahatan tersebut, terutama saat menjalankan ibadah puasa.
“Tiga-tiganya ini terjaga kalau sedang puasa,” tutup UAS.
Jangan Nilai Film ‘Bidaah’ dari Cuplikannya Saja
Di tengah kontroversi yang melingkupi film asal Malaysia “Walid Nak Dewi” atau dikenal juga dengan “Bidaah”, salah satu pengguna media sosial (medsos), Fendi Satria, turut menyuarakan pendapatnya lewat media sosial.
Ia mengajak publik untuk tidak terburu-buru menghakimi film tersebut hanya dari potongan video yang tersebar di berbagai platform.
“Don’t judge the book by its cover. Mungkin itu kalimat yang tepat untuk disematkan pada film ‘Bidaah’,” ujar Fendi dalam akun Instagram @fendisaman, Selasa (15/4/2025).
Menurutnya, banyak kesalahpahaman muncul karena penonton hanya melihat cuplikan-cuplikan singkat yang berseliweran di Facebook, Instagram, atau TikTok. Padahal, menilai sebuah karya seharusnya dilakukan setelah menyaksikan secara utuh.
“Penting untuk menonton film ini secara lengkap terlebih dahulu sebelum menilai, bukan hanya melihat potongan-potongan cuplikan yang lewat di beranda FB, feed IG, dan TikTok, sehingga kemudian menimbulkan mispersepsi,” tegasnya.
Fendi pun mengakui bahwa film tersebut memang memiliki beberapa adegan yang cukup berani, namun hal itu tidak mengurangi nilai pesan moral yang terkandung dalam keseluruhan alur cerita.
“Meski ada beberapa adegan yang agak nyeleneh dan absurd, menurutku secara keseluruhan serial yang sudah ditonton oleh lebih 2,5 juta viewers ini patut diberikan jempol karena berhasil menampilkan alur cerita yang memuat banyak pesan dan ibrah,” tutupnya.
Pernyataan ini menjadi salah satu suara yang mencoba meredam kegaduhan dengan perspektif lebih moderat, mengajak publik untuk menilai dengan kepala dingin dan tidak reaktif terhadap isu yang beredar di permukaan.[]