Sempat Diklaim 97 Persen Menyala, PLN Akui Listrik Aceh Baru Normal 14 Desember 2025

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia mendengar penjelasan Dirut PLN saat meninjau tower PLN yang rusak diterjang banjir di Bireuen [Foto: Dok. esdm.go.id].

Inisiatif Logo, Banda Aceh — PT PLN (Persero) akhirnya mengakui adanya kegagalan teknis dalam proses pemulihan listrik Aceh, yang membuat wilayah tersebut belum sepenuhnya kembali normal sejak pemadaman besar melanda beberapa hari lalu.

Pengakuan ini disampaikan langsung oleh Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, dalam konferensi pers virtual, Selasa (9/12/2025).

Pernyataan ini sekaligus meluruskan klaim Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang sebelumnya menyebut 97 persen listrik Aceh telah menyala. Faktanya, laporan masyarakat dari Banda Aceh, Bireuen, Gayo Lues, hingga wilayah tengah Aceh menunjukkan pemadaman masih berlangsung hingga Senin (8/12/2025) malam.

Darmawan menjelaskan bahwa upaya pemulihan dilakukan dengan mengalirkan listrik dari pembangkit di Arun menuju Banda Aceh, kemudian Bireuen hingga Sigli. Namun proses sinkronisasi tidak berhasil.

“Begitu sampai ke Sigli terjadi ketidakstabilan sistem kelistrikan dari Arun ke Sigli. Sehingga pembangkit tadi malam sempat padam,” ujar Darmawan.

Masalah bertambah serius ketika transmisi Langsa–Pangkalan Brandan juga terputus. Akibatnya, seluruh Aceh terlepas dari jaringan utama Sumatera.

“Maka sistem kelistrikan Aceh terisolasi dari jaringan Sumatera, dari Sumatera Selatan sampai ke Aceh. Itu masih terisolasi,” jelasnya.

Pemulihan Molor, Target Normalisasi Mundur ke 14 Desember 2025

Dengan kondisi teknis yang rumit dan risiko sinkronisasi ulang, PLN menetapkan target pemulihan total listrik baru dapat tercapai pada Minggu, 14 Desember 2025, atau mundur lima hari dari rencana awal.

PLN menyatakan akan melakukan langkah darurat dengan mendatangkan genset dan pembangkit tambahan demi mengurangi pemadaman bergilir, khususnya di Banda Aceh yang saat ini mengalami defisit sekitar 42 MW.

“Kami mengusahakan agar pemadaman bergilir dapat kami kurangi, sehingga Banda Aceh bisa dalam kondisi lebih baik dari hari ini,” kata Darmawan.

Ia menutup pernyataan dengan permohonan maaf kepada masyarakat Aceh.

“Kami sekali lagi mengucapkan mohon maaf yang sedalam-dalamnya.”

Sebelum kegagalan sinkronisasi terjadi, Senior Manager Keuangan, Komunikasi & Umum PLN UIW Aceh, Nurlana, menjelaskan bahwa tahap sinkronisasi memang tidak bisa dilakukan terburu-buru. Infrastruktur kelistrikan Aceh sangat kompleks, terdiri dari 17 Gardu Induk, 58 Gardu Hubung, dan 157 penyulang.

Semua jaringan harus diintegrasikan dengan stabil agar tidak menimbulkan risiko kerusakan berantai.

“Proses sinkronisasi memerlukan kehati-hatian tinggi karena melibatkan keseluruhan sistem kelistrikan Aceh,” ujar Nurlana dalam keterangan sebelumnya.

Kegagalan sinkronisasi ini memperpanjang ketidakpastian di tengah masyarakat Aceh yang sudah beberapa hari hidup dalam pemadaman. Hal ini kian kontras setelah publik membandingkan kondisi lapangan dengan klaim Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang menyebut pemulihan hampir sempurna di hadapan Presiden Prabowo Subianto.

Hingga kini, masyarakat masih menunggu kejelasan distribusi listrik sembari berharap pemulihan yang dijanjikan pada 14 Desember benar-benar terealisasi.[]

Editor : Ikbal Fanika
inisiatifberdampak
Tutup