Sekolah di Daerah 3T Pulau Siumat Simeulue Belum Nikmati Program MBG

Suasanan SDN–SMP Satap Pulau Siumat, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue saat upacara bendera, Senin (10/11/2025). [Foto: Dok. Safii]

INISIATIF.CO, Simeulue Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu prioritas nasional tahun 2025, hingga kini belum juga menyentuh SDN–SMP Satu Atap (Satap) Pulau Siumat, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue.
Meski sudah berjalan di sejumlah sekolah di daratan Simeulue, program ini masih tertahan di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) tersebut karena belum adanya dapur khusus, salah satu syarat utama pelaksanaan MBG.

Kepala SDN–SMP Satap Pulau Siumat, Safii, membenarkan bahwa sekolahnya hingga kini belum menerima distribusi makanan bergizi dari pemerintah.

“Benar, sampai hari ini MBG belum masuk. Setelah saya tanya melalui WhatsApp, koordinator mengatakan dapur belum tersedia dan masih mencari lokasi. Mungkin 35 hari ke depan baru terealisasi,” jelasnya kepada wartawan, Senin (10/11/2025).

Menurut Safii, pihak sekolah sebenarnya telah menyiapkan lahan luas dan bersertifikat di area SMP untuk mendukung pembangunan dapur. Namun hingga saat ini, belum ada kejelasan lanjutan dari pihak terkait.
“Kami siap membantu agar program ini cepat berjalan. Tapi kalau pembangunan dapurnya belum dimulai, tentu anak-anak belum bisa menikmati manfaat MBG seperti sekolah lain,” tambahnya.

Kondisi ini menimbulkan keresahan di kalangan wali murid dan masyarakat Pulau Siumat. Mereka mempertanyakan alasan keterlambatan, mengingat program serupa sudah berlangsung lancar di sekolah-sekolah di wilayah daratan.
Salah seorang wali murid bahkan mengaku kecewa karena belum ada tanda-tanda dimulainya pembangunan dapur.

“Kami bertanya-tanya, kapan anak kami dapat MBG. Jangan sampai sekolah kami seperti dianaktirikan. Seharusnya justru diprioritaskan karena wilayah kami terpencil. Kalau sampai tahun 2026 baru berjalan, rasanya tidak adil,” ujarnya.

Ia menambahkan, sebagian besar orang tua di pulau itu bekerja sebagai petani dan nelayan dengan penghasilan terbatas.

“Kami sangat berharap sekolah ini segera mendapat jatah MBG. Anak-anak di sini benar-benar membutuhkannya,” katanya.

Sebelumnya, Juru Bicara Badan Gizi Nasional (BGN) RI, Dian Fatwa, menjelaskan bahwa sekolah di wilayah 3T memang memerlukan dapur khusus MBG karena karakter wilayahnya berbeda dengan sekolah di perkotaan.

“Daerah 3T memiliki tantangan logistik dan akses yang tidak sama dengan wilayah padat penduduk. Karena itu, dibutuhkan dapur yang terintegrasi agar pengelolaan MBG berjalan sesuai standar,” jelas Dian.

Sekolah SDN–SMP Satap Pulau Siumat sendiri berjarak sekitar 11 mil dari daratan Simeulue, dengan total 82 siswa dan 23 guru yang saat ini masih menunggu kepastian realisasi program.

Masyarakat berharap, pemerintah segera mempercepat proses pembangunan dapur agar program nasional ini benar-benar menyentuh wilayah terpencil seperti Pulau Siumat,  bukan hanya berhenti di daratan.[]

Editor : Yurisman
inisiatifberdampak
Tutup