Prof Ishak Hasan Dukung Pandangan Ustaz Masrul Aidi soal Layanan Publik: Islam Tak Memudharatkan Ekonomi Umat
INISIATIF.CO, Meulaboh – Rektor Universitas Teuku Umar (UTU), Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si., menyatakan dukungannya terhadap pandangan Ustaz Masrul Aidi, Lc., MA, yang menyoroti praktik penutupan SPBU menjelang azan.
Menurutnya, pemikiran Ustaz Masrul sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini dan perlu diikuti oleh ulama-ulama lain di Aceh.
“Pandangan Ustadz kita Masrul Aidi ini perlu diikuti oleh ulama-ulama kita yang lain. Pemikiran ini sangat relevan dengan kondisi yang kita hadapi. Islam tidak menyulitkan dan tidak memudharatkan ekonomi serta kemaslahatan umatnya,” ujar Prof. Ishak Hasan, kepada INISIATIF.CO Senin (28/4/2025).
Pernyataan Rektor UTU ini merespon ceramah Ustaz Masrul Aidi yang sebelumnya viral di media sosial TikTok melalui akun @infoaceh_.
Dalam ceramahnya, Ustaz Masrul mempertanyakan kebijakan beberapa SPBU yang menutup layanan mereka menjelang azan. Ia menilai hal tersebut sebagai pelanggaran terhadap hak-hak publik, mengingat SPBU merupakan layanan vital yang tidak bisa diperlakukan seperti usaha pribadi.
“Kalau usaha pribadi, seperti warung, boleh tutup saat azan, itu hak pemilik. Tapi SPBU adalah layanan publik. Menutupnya bisa mengganggu aktivitas masyarakat, apalagi bagi musafir atau orang dalam kondisi darurat,” kata Ustaz Masrul dalam ceramahnya yang sudah ditonton ribuan orang dan menuai beragam komentar.
Prof. Ishak Hasan menambahkan, dalam konteks Islam berkemajuan, ulama harus aktif merespons berbagai fenomena yang kurang selaras dengan prinsip-prinsip Islam yang universal, terutama dalam hal muamalah (hubungan sosial dan ekonomi).
“Ulama kita perlu merespon secara aktif hal-hal yang kurang selaras dengan prinsip-prinsip Islam yang universal. Pemikiran Islam yang berkemajuan tidak bertentangan dengan akidah dan syariat Islam,” tegasnya.
Lebih lanjut, Prof Ishak menegaskan bahwa Islam tidak rigid (kaku) dalam menghadapi dinamika ekonomi modern yang bergerak cepat. Sebaliknya, Islam mementingkan kemaslahatan kolektif guna mewujudkan keharmonisan sosial.
“Islam tidak rigid menghadapi era ekonomi yang bergerak cepat. Kemaslahatan kolektif lebih diutamakan agar keharmonian bersama bisa diwujudkan,” tutup Prof. Ishak Hasan.[]