Ramadhan

Pertanian dan Perikanan Abdya Masih Tertinggal, Prof Ishak: Potensinya Besar, Tapi Belum Dikelola Maksimal

Rektor Universitas Teuku Umar (UTU), Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si. (Foto untuk INISIATIF.CO)

INISIATIF.CO, Blangpidie – Di tengah usia ke-23 tahun Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), dua sektor yang menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat — pertanian dan perikanan — justru belum tergarap secara maksimal. Hal ini menjadi sorotan tajam dari Rektor Universitas Teuku Umar (UTU), Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si, dalam wawancara eksklusif bersama INISIATIF.CO, Kamis (24/4/2025).

Menurut Prof. Ishak, Abdya memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun produktivitas pertanian dan pengelolaan hasil laut masih jauh dari potensi yang seharusnya bisa dicapai.

“Produktivitas pertanian kita masih rendah, baik di sektor tanaman padi maupun perkebunan. Padahal, mayoritas masyarakat Abdya hidup dari pertanian,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti lemahnya infrastruktur pendukung pertanian, seperti sistem irigasi dan pengolahan pascapanen.

“Kita perlu memperkuat irigasi dan meningkatkan kualitas sawah yang ada. Jangan hanya mengandalkan luas lahan, tapi bagaimana sawah itu bisa menghasilkan lebih,” ujarnya.

Selain pertanian, sektor perikanan yang membentang di sepanjang pesisir Abdya pun belum menunjukkan performa yang menggembirakan. Padahal, garis pantai yang luas dan kekayaan hasil laut bisa menjadi kekuatan ekonomi baru.

“Tambak ikan dan udang memang mulai ada, tapi belum maksimal. Nelayan kita masih sangat tradisional. Tidak ada industri pengolahan ikan, bahkan kerupuk ikan pun kita impor dari Palembang. Ini kan ironi,” kata Ishak.

Ia menambahkan, ketidakhadiran fasilitas pendukung seperti cold storage, pasokan es, dan bahan bakar di pelabuhan nelayan membuat aktivitas perikanan sulit berkembang. Menurutnya, jika hal ini terus dibiarkan, masyarakat akan kehilangan peluang besar untuk mandiri secara ekonomi.

“Pelabuhan harus punya fasilitas lengkap. Minyak, es, pengolahan hasil laut, semuanya harus tersedia. Jangan sampai kekayaan laut kita hanya lewat begitu saja tanpa nilai tambah,” tegasnya.

Dalam pandangan Rektor UTU itu, kunci dari semua ini adalah keberpihakan kebijakan yang kuat dan konsisten. Ia menyebut perlunya visi jangka panjang dalam pembangunan sektor-sektor strategis ini, termasuk melalui penyusunan blueprint (cetak biru) pembangunan yang komprehensif.

“Kalau kita mau serius, harus ada rencana besar. Kita butuh blueprint yang menjelaskan lima sampai sepuluh tahun ke depan apa yang harus dilakukan di sektor pertanian dan perikanan. Kalau tidak, ya kita hanya jalan di tempat,” ujarnya.

Prof. Ishak juga menegaskan pentingnya pelibatan perguruan tinggi dalam mendukung pembangunan berbasis data dan riset. UTU, kata dia, siap menjadi mitra strategis pemerintah daerah melalui berbagai kajian dan inovasi.

“Para dosen kami siap membantu, bahkan tanpa dibayar. Tinggal bagaimana pemerintah mau membuka ruang kolaborasi. Jangan bangun Abdya dengan cara-cara lama,” tutupnya.

Dengan potensi yang ada, pertanian dan perikanan seharusnya bisa menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Namun tanpa perencanaan matang dan dukungan infrastruktur yang memadai, sektor ini akan terus tertinggal dan masyarakat tetap bergelut dengan keterbatasan.[]

Editor : Redaksi
Gerakan Syiar Islam
Tutup