Perang 12 Hari Selesai, AS–Isræl Gagal Gulingkan Pemerintahan Republik Islam Iran
Gagalnya Upaya Penggulingan Rezim Teheran
Sumber intelijen menyebutkan bahwa Israel dan AS berharap agresi militer dapat memicu kekacauan internal di Iran. Namun, kekuatan politik dan militer di Iran, terutama yang bernaung di bawah Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), tetap solid. Meski beberapa pemimpin militer Iran tewas dalam serangan, tidak ada indikasi gerakan oposisi yang cukup kuat untuk menggantikan pemerintahan saat ini.
Beberapa kelompok oposisi seperti Reza Pahlavi, mantan putra mahkota Iran, dan organisasi eksil Mujahideen-e Khalq (MEK) dinilai belum mampu menyatukan kekuatan atau memunculkan figur alternatif yang disepakati secara luas di dalam negeri.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei turut angkat bicara menanggapi dinamika pascaperang.
“Mereka yang tahu sejarah dengan baik menyadari bahwa Iran dan rakyatnya tidak taat untuk menyerah,” kata Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dikutip media Iran.
Pernyataan ini menjadi simbol dari sikap perlawanan yang telah lama ditanamkan dalam tubuh politik dan militer Iran terhadap upaya campur tangan asing.
Upaya AS dan Israel untuk melemahkan, bahkan menggulingkan Republik Islam Iran dalam perang 12 hari terbukti gagal. Meski gencatan senjata telah tercapai, situasi tetap rapuh. Namun satu hal yang jelas, meskipun perang membawa korban dan kehancuran, pemerintahan Iran tetap kukuh, dan agenda penggulingan rezim tidak tercapai.[]