HUT RI Ke 80

Pengunduran Diri Massal Guru, Ketua ASQOHA Soroti Krisis di MUQAS

Rusdi Kurnia. (Foto dokpri).

INISIATIF.CO, Tapaktuan – Madrasah Ulumul Quran Aceh Selatan (MUQAS) tengah menjadi sorotan setelah enam guru mengundurkan diri secara bersamaan menjelang tahun ajaran baru. Fenomena ini memicu berbagai spekulasi dan diskusi hangat di masyarakat, mulai dari dugaan masalah internal hingga kekhawatiran akan masa depan lembaga pendidikan Qur’an tersebut.

Ketua Asosiasi Qori-Qoriah dan Hafiz-Hafizah Qur’an (ASQOHA) Aceh Selatan, Rusdi Kurnia, M.Pd, menilai kondisi MUQAS saat ini ibarat “api dalam sekam” , masalah yang tersembunyi namun berpotensi membesar jika tidak segera ditangani.

“Yang terlihat sekarang adalah kekosongan guru dan belum jelasnya proses rekrutmen. Mungkin belum berdampak besar hari ini, tapi masalah ini bisa meledak kapan saja,” ujar Rusdi, Jumat (8/8/2025).

Menurutnya, alasan pengunduran diri para guru memang beragam dan logis, seperti mengikuti pasangan, mendapat pekerjaan baru, hingga lulus seleksi PPPK. Namun, ia menyoroti persoalan mendasar di MUQAS, salah satunya minimnya guru tahfiz yang benar-benar hafal 30 juz Al-Qur’an.

“Idealnya, guru tahfiz Qur’an adalah seorang Al-hafizh, seperti di MUQ Pagar Air Aceh Besar atau Darul Qur’an Aceh. Mereka menjadi teladan bagi santri,” tegasnya.

Rusdi mengingatkan bahwa khittah awal pendirian MUQAS di era Bupati Teuku Sama Indra pada 2015 adalah mencetak generasi Qur’ani yang mampu bersaing di Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat provinsi hingga nasional, sekaligus memenuhi kebutuhan imam masjid di daerah.

Namun, ia khawatir arah kurikulum saat ini mulai bergeser dari fokus utama hafalan Qur’an. “Kalau mengacu pada kebutuhan masyarakat Aceh Selatan saat itu, kekurangan imam hafiz dan krisis peserta MTQ di cabang hafalan Qur’an menjadi alasan berdirinya MUQAS. Khittah ini jangan sampai hilang,” jelasnya.

Ia juga mengkritik proses penerimaan santri yang dinilai kurang selektif. “Sebaiknya utamakan kemampuan baca Qur’annya. Kalau dasar tajwid saja belum benar, guru tahfiz akan kewalahan,” ujarnya.

Rusdi menegaskan, tanpa pembenahan serius, MUQAS berisiko kehilangan identitas dan tujuan awalnya. “Yang kita khawatirkan bukan hanya kehilangan guru, tapi kehilangan ruh dari lembaga ini,” pungkasnya.[]

Rusdi Kurnia. (Foto dokpri).
Editor : Redaksi
inisiatifberdampak
Tutup