Paus Leo XIV, Paus Pertama dari Amerika Serikat Resmi Pimpin Gereja Katolik Dunia
Terpilihnya Prevost dalam konklaf menandai konsensus terhadap visi kepausannya. Dalam pidato perdananya sebagai Paus Leo XIV, ia menyampaikan pesan perdamaian yang kuat: “Tuhan mencintai semua orang.” Sebuah kalimat yang menjadi refleksi dari inklusivitas yang selama ini ia gaungkan.
Pemilihan nama “Leo” pun bukan tanpa makna. Nama tersebut merujuk pada Paus Leo XIII, tokoh yang dihormati sebagai pembela hak-hak pekerja dan pelopor doktrin sosial Gereja. Hal ini mengisyaratkan komitmen Paus Leo XIV untuk memperkuat agenda sosial dalam kepemimpinannya.
Reaksi Dunia dan Tantangan Awal
Dunia politik internasional cepat merespons penobatan tersebut. Presiden AS Donald Trump menyebutnya sebagai “kehormatan besar bagi bangsa Amerika.” Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron memuji momen bersejarah ini, sementara sejumlah pemimpin Amerika Latin, termasuk dari Meksiko, Brasil, Kolombia, dan Peru, menyambut baik penunjukan mantan misionaris yang pernah mengabdi di kawasan mereka.
Namun, masa depan kepemimpinan Paus Leo XIV tidak sepenuhnya bebas dari bayang-bayang masa lalu. Ia menghadapi tekanan dari kelompok advokasi korban pelecehan, termasuk SNAP (Survivors Network of those Abused by Priests), yang menuduhnya lalai menangani klaim pelecehan saat menjabat di Ordo Agustinus dan di Peru. Meski Vatikan membantah tuduhan kelalaian, sorotan terhadap isu ini diperkirakan akan menjadi ujian serius di awal masa pontifikatnya.
Dengan latar belakang lintas budaya, pengalaman misi di akar rumput, dan rekam jejak pelayanan yang kuat, Paus Leo XIV dipandang sebagai figur yang berpotensi mereformasi wajah Gereja Katolik dalam menyongsong tantangan zaman modern.[]