ANTINARKOBA

Nelayan Abdya Krisis Solar, Operasi Kapal Terancam Mandek

Krisis Solar Hantam Nelayan Abdya Keterbatasan pasokan BBM bersubsidi di SPBUN Ujong Serangga membuat ratusan nelayan di Aceh Barat Daya hanya bisa melaut sekali sebulan. Pemerintah didesak segera bertindak sebelum sektor perikanan lumpuh total. (Foto: Fitria Maisir/INISIATIF.CO).

INISIATIF.CO, Blangpidie – Para nelayan di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) menghadapi krisis pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar yang kian mengkhawatirkan.

Setiap bulan, kebutuhan solar untuk operasional ratusan kapal nelayan di wilayah ini mencapai 120 ton. Namun, suplai dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) Ujong Serangga hanya mampu memenuhi sekitar 80 ton per bulan.

“Nelayan sangat berharap ada tambahan minyak. Kalau ada penambahan BBM di SPBUN, itu sangat baik,” kata Kepala Kantor Pelabuhan Perikanan Indonesia (PPI) Ujong Serangga, Ari Gunawan, kepada INISIATIF.CO, Sabtu (17/5/2025).

Kekurangan pasokan ini membuat para nelayan terpaksa membatasi jumlah pelayaran mereka ke laut. Padahal, nelayan bergantung penuh pada aktivitas melaut untuk menghidupi keluarga dan menopang perekonomian masyarakat pesisir.

Ari menjelaskan bahwa stok BBM yang tersedia hanya cukup hingga tanggal 23 setiap bulannya. Sementara itu, kapal-kapal nelayan beroperasi setiap hari, tanpa mengenal tanggal dan cuaca. Akibatnya, nelayan kerap kehabisan solar bersubsidi sebelum akhir bulan.

SPBUN Ujong Serangga saat ini beroperasi di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi Aceh dan dikelola oleh Koperasi Perikanan Refca. Pengambilan BBM dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Kantor PPI setempat, yang hanya mencukupi satu kali pelayaran (trip) per kapal per bulan, tergantung kapasitas mesin.

Di Abdya, tercatat ada 216 unit kapal nelayan dengan bobot di bawah 30 Gross Ton (GT) yang berhak memperoleh solar bersubsidi, karena telah memenuhi kelengkapan dokumen. Sementara itu, sembilan kapal berukuran di atas 30 GT tidak masuk dalam skema subsidi.

Harga solar di SPBUN dijual seharga Rp6.800 per liter, sudah termasuk subsidi dari pemerintah. Meski begitu, jumlah pasokan tetap menjadi persoalan utama.

Kantor PPI mendesak pemerintah provinsi maupun pusat untuk segera mengambil langkah konkret guna menambah kuota BBM di SPBUN Ujong Serangga. Ari menegaskan bahwa tanpa penambahan suplai, nelayan akan kesulitan melaut, yang berdampak langsung pada penurunan pendapatan dan terganggunya pasokan ikan untuk masyarakat.

Krisis ini tak hanya menyangkut keberlangsungan ekonomi nelayan, tapi juga menyentuh isu ketahanan pangan laut di wilayah barat selatan Aceh. Pemerintah diminta tidak menutup mata terhadap potensi keruntuhan sektor perikanan di Abdya akibat kelangkaan solar.[]

Editor : Ikbal Fanika
Tutup