ANTINARKOBA

NATO Minta China, India, dan Brasil Tekan Rusia Usai Ancaman Tarif Sekunder dari Trump

Sekjen NATO Mark Rutte dan Presiden AS Donald Trump saat bertemu di Eropa, bahas dukungan militer ke Ukraina dan strategi tekanan ekonomi terhadap Rusia. (Foto: Anadolu/py).

INISIATIF.CO, Eropa — Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menyerukan agar negara-negara mitra dagang utama Rusia seperti China, India, dan Brasil turut memberikan tekanan diplomatik terhadap Moskow menyusul rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif sekunder hingga 100 persen terhadap Rusia.

Ancaman tarif tersebut disampaikan Trump pada Senin (14/7/2025), dengan batas waktu 50 hari untuk tercapainya kesepakatan damai dalam konflik Ukraina. Jika tidak ada kemajuan diplomatik, tarif serupa juga dapat diberlakukan kepada negara-negara yang tetap menjalin hubungan perdagangan signifikan dengan Rusia.

“Ini sangat signifikan. Jadi hari ini, jika Anda berada di Beijing, di New Delhi, atau di Brasil, dan Anda tahu bahwa ini akan berdampak pada Anda, Anda mungkin ingin menelepon Presiden Vladimir Putin dan berkata: ‘Hei, kawan, kami masih membeli barang dari Anda, tapi Anda harus bersikap serius dalam negosiasi gencatan senjata atau kesepakatan damai ini, kalau tidak, kami juga akan mendapat sanksi sekunder,’” ujar Rutte dalam wawancara bersama Fox News.

Rutte menilai bahwa kebijakan yang diumumkan Trump ini dirancang secara strategis untuk menekan Rusia melalui dampak global yang ditimbulkan.

“Akan ada dampak langsung ke Rusia, tentu saja. Tapi ini benar-benar signifikan, dan ini dirancang dengan cerdas oleh sang presiden,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Trump juga menegaskan komitmen AS untuk terus mendukung Ukraina dengan pengiriman persenjataan canggih, termasuk sistem pertahanan udara Patriot.

Menariknya, dalam pernyataannya Trump menyebut bahwa biaya pengadaan senjata miliaran dolar itu akan sepenuhnya ditanggung oleh negara-negara Eropa, menyebutnya sebagai “kesepakatan yang sangat besar”.

Langkah terbaru ini dinilai sebagai strategi Trump untuk menekan tidak hanya Rusia, tetapi juga para mitra dagang Moskow agar mengambil sikap lebih keras terhadap invasi ke Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Di sisi lain, dari pihak Rusia, perkembangan terbaru menunjukkan adanya kesiapan untuk kembali ke meja perundingan. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada 1 Juli menyatakan bahwa ketentuan negosiasi tengah dikoordinasikan. Sementara itu, penasihat Kremlin Yuri Ushakov menyebut Moskow siap untuk menjalani putaran ketiga perundingan dengan Ukraina.

Situasi geopolitik ini menunjukkan bahwa tekanan global terhadap Rusia semakin meluas dan kompleks, seiring manuver politik serta strategi ekonomi yang mulai menargetkan negara-negara mitra dagangnya. Jika China, India, dan Brasil turut bersuara, tekanan internasional terhadap Moskow akan memasuki babak baru dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun itu.[]

Editor : Ikbal Fanika
inisiatifberdampak
Tutup