Ramadhan

Memahami Kebijakan Reciprocal Tariffs di Era Trump

Apa itu kebijakan reciprocal tariffs era Trump. (Foto Sindonews.com).

INISIATIF.CO, Washington – Istilah reciprocal tariff atau tarif timbal balik mungkin masih asing bagi sebagian orang. Kebijakan ini merupakan salah satu program yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terkait tarif impor.

Sejak awal masa kepemimpinannya, Trump menekankan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis untuk melindungi industri dalam negeri AS. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip ‘America First’ yang menjadi ciri khasnya.

Menurut Trump, banyak negara mengenakan tarif tinggi terhadap barang-barang AS, sementara AS sendiri memberikan tarif yang lebih rendah. Melalui reciprocal tariffs, ia berupaya memastikan bahwa perdagangan internasional dilakukan dengan lebih adil dari perspektif AS.

Apa itu reciprocal tariffs?

Secara singkat, reciprocal tariffs dapat diartikan sebagai kebijakan tarif timbal balik. Kebijakan ini mengacu pada suatu kondisi di mana sebuah negara menetapkan tarif impor terhadap barang dari negara lain dengan tingkat yang sama seperti tarif yang dikenakan oleh negara tersebut pada barang ekspornya.

Strategi ini sering dianggap sebagai upaya untuk menciptakan keseimbangan dalam tarif antar negara. Banyak yang melihat kebijakan ini sebagai bentuk balasan Trump terhadap negara-negara yang selama ini menetapkan tarif tinggi terhadap barang ekspor AS.

Menurut laporan dari USA Today, pendekatan Trump terhadap tarif timbal balik bertujuan untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan dengan mengenakan tarif yang lebih tinggi.

Sebuah bagan yang pernah ditampilkan di Gedung Putih menunjukkan bahwa sejumlah negara, termasuk China, dikenakan tarif timbal balik yang cukup besar.

Trump meyakini bahwa AS telah diperlakukan tidak adil dalam perdagangan global, di mana banyak negara mengenakan tarif lebih tinggi pada barang-barang AS dibandingkan dengan tarif yang dikenakan AS pada barang mereka. Sebagai contoh, India mengenakan tarif antara 5% hingga 20% lebih tinggi daripada AS pada 87% barang impor.

Sebagai respons, Trump ingin menyamakan pungutan impor yang dikenakan oleh negara lain terhadap produk-produk AS. Ia percaya bahwa kebijakan ini akan memaksa negara-negara tersebut untuk menurunkan bea masuk mereka, sekaligus memperkuat kebijakan ekonomi “America First” dengan mengurangi defisit perdagangan dan meningkatkan daya saing produsen AS.

Namun, para ekonom telah memperingatkan bahwa tarif yang diumumkan Trump dapat menyebabkan kenaikan harga bagi konsumen AS untuk barang-barang impor, yang pada gilirannya bisa memicu inflasi.

Penerapan reciprocal tariffs oleh Trump juga menimbulkan berbagai reaksi dari negara-negara mitra dagang. Banyak yang khawatir bahwa kebijakan ini berpotensi meningkatkan risiko perang dagang global dan menciptakan ketidakpastian di berbagai industri.

Negara-negara yang terkena dampak kebijakan Trump tidak akan tinggal diam. Dalam beberapa kasus, mereka dapat menerapkan tarif balasan terhadap produk AS, yang akhirnya akan meningkatkan harga barang bagi konsumen dan menghambat ekspor dari AS. Dengan demikian, potensi ketegangan perdagangan jelas akan semakin meningkat.

Kebijakan reciprocal tariffs di era Trump juga diakui sebagai salah satu langkah paling kontroversial dalam sejarah perdagangan AS.[]

Editor : Ikbal Fanika
Tutup