ANTINARKOBA

Lulus Doktor di Usia 26 Tahun, Dewi Agustiningsih Ukir Rekor di Wisuda UGM

Dr. Dewi Agustiningsih, S.Si. (foto dokpri).

INISIATIF.CO, Yogyakarta — Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali mencatatkan sejarah dalam wisuda pascasarjana yang digelar Rabu (23/4/2025) lalu. Dari total 1.455 mahasiswa yang diwisuda, nama Dr. Dewi Agustiningsih, S.Si., mencuri perhatian dengan prestasi luar biasa sebagai lulusan doktor tercepat dan termuda.

Dewi, yang berasal dari Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, berhasil menyelesaikan studi doktoralnya hanya dalam 2 tahun 6 bulan 13 hari. Masa studinya ini jauh lebih singkat dibandingkan rata-rata masa studi program doktor yang mencapai 4 tahun 7 bulan. Tak hanya itu, Dewi juga berhasil meraih gelar doktor pada usia 26 tahun 6 bulan, sedangkan rata-rata usia lulusan doktor kali ini tercatat 42 tahun 6 bulan 16 hari.

Di tengah gemuruh tepuk tangan para hadirin, Dewi berdiri tegak sebagai simbol perjuangan, ketekunan, dan semangat pantang menyerah. Sebelumnya, Dewi adalah alumnus Program Studi Kimia UGM jenjang sarjana tahun 2020. Ia kemudian melanjutkan studi magister dan doktoral di kampus yang sama, masing-masing diselesaikan pada tahun 2022 dan 2025.

Dewi mengaku tidak pernah membayangkan bisa melangkah sejauh ini.

“Awalnya, saya tidak menyangka bisa sampai di jenjang doktoral. Tapi setelah menyelesaikan S1, saya mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi program PMDSU, dan bersyukur diterima,” ujar Dewi.

Program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) yang diikutinya memang memberi jalan percepatan studi bagi sarjana berprestasi.

Namun, di balik capaian gemilang itu, Dewi mengungkapkan bahwa perjalanan pendidikannya penuh tantangan, terutama dari sisi ekonomi.

Saat menempuh pendidikan sarjana, Dewi menerima beasiswa Bidikmisi dan hidup dengan uang saku Rp600 ribu per bulan. Dana terbatas itu harus cukup untuk kebutuhan kos, makan, dan perkuliahan. Meski demikian, semangatnya untuk bertahan dan belajar tidak pernah surut.

“Motivasi saya sederhana, saya hanya ingin membuktikan bahwa latar belakang ekonomi tidak membatasi impian seseorang,” katanya.

Dalam penelitian doktoralnya, Dewi fokus pada sintesis dan pengembangan material katalis berbasis material anorganik, khususnya untuk aplikasi reaksi organik seperti reaksi cross-coupling.

Ia memodifikasi material berbasis silika dan titania dengan senyawa organosilan serta logam transisi untuk meningkatkan aktivitas dan kestabilannya sebagai katalis heterogen.

“Tujuannya adalah menghasilkan material yang bisa digunakan untuk sintesis senyawa-senyawa penting, namun dengan metode yang lebih ramah lingkungan dan efisien,” tutur Dewi.

Kini, sebagai dosen Program Studi Kimia di Institut Teknologi Bandung (ITB), Dewi bertekad untuk terus mengembangkan riset di bidang katalis dan kimia material. Ia juga ingin menjajaki kolaborasi lintas disiplin, seperti antara kimia material dengan teknik lingkungan atau farmasi, untuk menghasilkan inovasi yang lebih luas.

“Saya juga berharap bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa-mahasiswa dari latar belakang sederhana seperti saya, bahwa mimpi setinggi apapun bisa dicapai asal kita punya tekad dan semangat belajar yang kuat,” pungkas Dewi.[]

Editor : Ikbal Fanika
Tutup