Kurikulum Berbasis Cinta dalam Spirit Ramadan
Kurikulum cinta mengajarkan bahwa Cinta kepada sesama tidak terbatas pada agama, suku, atau latar belakang sosial. Cinta sejati tidak mengenal sekat-sekat perbedaan, ia mengalir melampaui batas agama, suku, dan status sosial. Cinta kepada sesama adalah refleksi dari nilai kemanusiaan yang universal, di mana setiap individu dipandang sebagai makhluk yang berharga dan bermartabat.”Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Ketiga, Membentuk Kepedulian kepada Lingkungan (Hablun bi’ah). Alam adalah bagian dari amanah Tuhan kepada manusia. Mencintai lingkungan adalah bagian dari keimanan dan bentuk penghambaan kepada Allah. “Barang siapa yang menanam pohon, maka Allah akan memberikan pahala setiap buah yang dihasilkan oleh pohon tersebut.” (HR. Ahmad)

Namun, di era modern ini, banyak manusia yang merusak lingkungan tanpa rasa tanggung jawab. Oleh karena itu, kurikulum cinta harus menanamkan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini. Cinta bukan hanya untuk sesama manusia, tetapi juga untuk alam semesta, karena bumi adalah rumah bersama yang harus dijaga kelestariannya.
Anak-anak perlu diajarkan bahwa menyayangi alam adalah bagian dari ibadah. Islam sendiri menekankan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (Allah) memperbaikinya…” (QS. Al-A’raf: 56). Jika kesadaran ekologis ini ditanamkan dalam pendidikan, maka akan lahir generasi yang mencintai lingkungan dan bertanggung jawab atas kelestariannya.
Keempat, Menanamkan Kecintaan kepada Bangsa (Hubbul Wathan). Cinta tanah air bukan hanya sekadar slogan, tetapi bagian dari iman. Membela dan membangun negara adalah bagian dari pengamalan agama. Rasulullah SAW menunjukkan kecintaannya kepada Makkah saat beliau harus berhijrah ke Madinah, “Wahai Makkah, engkau adalah negeri yang paling aku cintai, seandainya kaummu tidak mengusirku, aku tidak akan pergi.” (HR. Tirmidzi)
Cinta kepada tanah air adalah bagian dari iman, artinya membela dan membangun negara bukan sekadar kewajiban sosial, tetapi juga bagian dari pengamalan agama. Islam mengajarkan bahwa kesejahteraan suatu bangsa bergantung pada kontribusi warganya dalam menjaga kedamaian, keadilan, dan kemajuan.