Kurikulum Berbasis Cinta dalam Spirit Ramadan
Pilar Kurikulum Berbasis Cinta
Pilar dan aspek-aspek Kurikulum berbasis cinta Pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter dan jiwa. Kurikulum berbasis cinta hadir untuk menjadikan pendidikan lebih bermakna, tidak hanya menanamkan aspek kognitif tetapi juga membentuk spiritualitas, kepedulian sosial, kesadaran lingkungan, dan cinta tanah air.
Dalam Islam, konsep cinta bukan hanya terbatas pada hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan, tetapi juga mencakup hubungan dengan sesama manusia, lingkungan, dan tanah air. Oleh karena itu, kurikulum cinta dibangun atas empat pilar utama, seperti yang disampaikan oleh Dirjen Pendis, Prof. DR. H. Amin Suyitno, MA:
Pertama, Membangun Cinta kepada Tuhan (Hablun minallah). Cinta kepada Tuhan adalah fondasi utama dalam kurikulum cinta. Manusia yang memiliki hubungan baik dengan Tuhan akan memiliki hati yang penuh kasih dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan.
Pendidikan agama dalam kurikulum ini tidak hanya menekankan hafalan ayat atau tata cara ibadah, tetapi juga menanamkan makna cinta dalam spiritualitas, di mana keimanan itu harus diwujudkan dalam perilaku—seorang yang mencintai Tuhan harus mencerminkan kasih sayang-Nya dalam tindakan sehari-hari.
Ketika siswa memahami ibadah sebagai bentuk ekspresi cinta kepada Tuhan, mereka akan lebih ikhlas dalam menjalankan kebaikan dan menjauhi kejahatan.
Kedua, Membangun Cinta kepada Sesama Manusia (Hablun minannas). Islam mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Hubungan baik dengan Tuhan harus dibuktikan dengan sikap baik kepada sesama. ”Tidak beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari & Muslim)