Kepala BNPB Minta Maaf Soal Banjir Sumatra: Saya Mengira Tak Sebesar Ini
, Tapanuli Selatan — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menjadi sorotan nasional setelah menyampaikan permintaan maaf kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) atas pernyataan awal yang dinilai tidak menggambarkan kondisi sesungguhnya dari bencana banjir bandang dan longsor di Sumatra.
Pengakuan itu muncul setelah ia melihat langsung skala kerusakan yang ternyata jauh lebih besar dari laporan awal.
Dalam kunjungan ke Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Suharyanto mengaku terkejut melihat parahnya kerusakan yang melanda kawasan tersebut. Ia menegaskan permintaan maaf itu disampaikan sebagai bentuk tanggung jawab atas penilaian awal yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
“Saya surprise, saya tidak mengira seperti ini. Saya mohon maaf Pak Bupati. Kami bukan berarti tak peduli,” ujar Suharyanto dalam kunjungannya.
BNPB sebelumnya menyampaikan bahwa kondisi “mencekam” yang ramai di media sosial berasal dari laporan awal yang masih terbatas. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa skala bencana jauh lebih masif, dengan sejumlah desa tertimbun material longsor, rumah hanyut, dan ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
Bencana yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra ini memicu dampak kemanusiaan yang sangat luas. Data terbaru menunjukkan lebih dari 600 warga meninggal dunia, Ratusan orang masih hilang, ribuan mengalami luka-luka, sebagian membutuhkan perawatan serius, 570 ribu lebih warga mengungsi, dan ratusan rumah, sekolah, jembatan, dan fasilitas publik rusak berat
Tapanuli Selatan menjadi salah satu daerah dengan kerusakan paling parah. Puluhan korban meninggal ditemukan di berbagai titik, sementara puluhan lainnya masih belum berhasil dievakuasi. Kondisi geografis yang sulit, akses jalan terputus, serta timbunan material longsor membuat proses pencarian korban berjalan lambat.[]
