Janji dan Takdir Pernikahan
INISIATIF.CO – Di tengah kesunyian malam, suara langkah kaki menggema di lorong sepi sebuah rumah sakit daerah. Seorang ustadz memasuki bilik mayat, diiringi oleh beberapa orang lainnya.
Hatinya penuh rasa empati ketika melihat seorang istri yang duduk dengan wajah penuh kesedihan, menanti untuk mengucapkan selamat tinggal perpisahan kepada suaminya terkasih.

“Apakah anda ingin memandikan jenazah suami anda?” tanya ustadz dengan lembut, suaranya menciptakan suasana tenang di tengah kesedihan yang membara.
Istri itu mengangguk, air mata membasahi pipinya. Dalam hatinya, dia mengingat janji-janji suci yang terucap semasa hidup bersama.
“Inilah janji kami sebagai suami istri. Jika abang pergi lebih dulu maka akulah yang memandikan jenazah abang, andai aku yang pergi dulu dari abang, abang yang akan memandikan jenazahku,” ucapnya lirih.
Mereka mulai memandikan jenazah, dan saat membasuh wajah suaminya istri itu berdoa. “Inilah wajah suamiku yang kusayang, tetapi Allah lebih sayang padamu, semoga Allah mempersatukan kita di akhirat kelak,” katanya dengan suara bergetar. Doa-doanya ter-iring lembut, menembus batas dunia yang fana. Setiap tetes air yang membasahi tubuh jenazah suaminya seolah membawa kembali kenangan-kenangan indah.
Saat membasuh tangan sang istri berdoa, “tangan inilah yang mencari rezeki yang halal untuk kami, masuk ke mulut kami, semoga Allah memberi pahala untukmu wahai suami ku,” pintanya.
Kemudian saat hendak membasuhi badan, istrinya berkata, “Tubuh inilah yang memberi pelukan kasih sayang padaku dan anak-anakku. Semoga Allah memberi pahala berganda untukmu wahai suamiku.”
Setiap kata yang diucapkan seperti melukiskan betapa dalamnya cinta yang mereka miliki.
Di akhir ritual itu, saat membasuh kaki suaminya, kembali ia berkata “Dengan kaki ini abang keluar mencari rezeki untuk kami, berjalan dan berdiri sepanjang hari semata-mata untuk mencari sesuap nasi, terima kasih suamiku, semoga Allah memberimu kenikmatan hidup di akhirat dan pahala yang berlipat ganda.”
Selesai memandikan jenazah suaminya, si istri mengecup sayu suaminya dan berkata :
“Terima kasih suamiku, karena aku bahagia menjadi istrimu dan terlalu bahagia. Dan terima kasih karena meninggalkan aku bersama permata hatimu yang persis dirimu. Dan aku sebagai seorang istri ridha akan kepergianmu karena kasih sayang Allah kepadamu”.[]