Inflasi Aceh Naik 0,12 Persen pada Oktober 2025, Emas dan Cabai Merah Jadi Penyumbang Terbesar

Grafik perkembangan inflasi Oktober 2025 di Banda Aceh, Senin (3/11/2025). BPS mencatat inflasi Aceh naik 0,12 persen secara bulanan, dipicu kenaikan harga emas perhiasan, cabai merah, dan telur ayam ras. [Foto: Dok INISIATIF.CO/BPS]

INISIATIF.CO, Banda Aceh – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat, inflasi di Aceh pada Oktober 2025 mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen (month-to-month/m-to-m).

Kenaikan ini terjadi setelah Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat dari 111,03 pada September menjadi 111,16 pada Oktober 2025.

Secara tahunan (year-on-year/y-on-y), inflasi Aceh tercatat 4,66 persen, sementara secara tahun kalender (year-to-date/y-to-d) berada di angka 3,68 persen.

BPS Aceh melalui rilis resmi yang diterima INISIATIF.CO (Senin, (3/11/2025) menyebutkan, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang terbesar inflasi bulanan dengan kenaikan 3,82 persen dan andil 0,23 persen terhadap inflasi keseluruhan.

Adapun komoditas yang paling dominan memicu inflasi adalah emas perhiasan, cabai merah, wortel, ikan tongkol, dan telur ayam ras.
Sementara secara tahunan, inflasi lebih banyak dipicu oleh cabai merah, emas perhiasan, beras, sigaret kretek mesin, dan ikan dencis.

Secara spasial, Kabupaten Aceh Tengah mencatat inflasi tahunan tertinggi yakni 5,95 persen, sedangkan Kota Banda Aceh mencatat yang terendah sebesar 3,93 persen. Secara bulanan, hanya Meulaboh dan Banda Aceh yang mengalami inflasi, sementara tiga wilayah lain justru mengalami deflasi.

Selain inflasi, BPS Aceh juga mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2025 sebesar 123,92, turun 0,54 persendibanding bulan sebelumnya.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun 0,71 persen menjadi 150,95, terutama akibat penurunan harga gabah, kakao, dan cabai rawit. Sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) tercatat 121,82 atau menurun 0,17 persen, dipengaruhi turunnya harga bawang merah, cabai rawit, dan tomat sayur.

Dari sisi perdagangan luar negeri, BPS mencatat neraca perdagangan Aceh surplus US$3,12 juta pada September 2025.
Nilai ekspor mencapai US$50,44 juta, lebih tinggi dibanding impor US$47,32 juta.

Sebanyak 89,32 persen ekspor Aceh berasal dari komoditas nonmigas, terutama batubara dengan nilai US$38,72 jutaatau 86,29 persen dari total ekspor.

India menjadi mitra dagang utama dengan nilai ekspor US$39,25 juta (77,81 persen), disusul Thailand dan Tiongkok.
Sementara untuk impor, gas propana/butana masih mendominasi dengan nilai US$45,89 juta, diikuti hasil minyaksenilai US$1,43 juta.

Sektor pariwisata juga menunjukkan tren positif. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Aceh pada Agustus 2025 mencapai 4.314 kunjungan, naik 4,85 persen dibanding Juli dan 41,81 persen dibanding Agustus 2024.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Aceh pada September 2025 tercatat 27,56 persen, naik 3,48 persen poin dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan TPK hotel nonbintang juga naik menjadi 18,48 persen.

Aktivitas transportasi menunjukkan dinamika berbeda. Jumlah penumpang angkutan udara domestik di Bandara Sultan Iskandar Muda pada September 2025 mencapai 22.123 orang, turun 3,53 persen dibanding Agustus. Namun, penumpang angkutan laut justru meningkat 5,54 persen menjadi 77.697 orang.

BPS juga memproyeksikan peningkatan produksi padi Aceh pada 2025 mencapai 1,75 juta ton, naik 5,43 persendibanding 2024.
Namun, produksi jagung pipilan diperkirakan menurun 12,67 persen menjadi 45,63 ribu ton akibat penurunan luas panen.[]

Editor : Ikbal Fanika
inisiatifberdampak
Tutup