Harga Daging Meugang Idulfitri di Abdya Diprediksi Tembus Rp.220 Ribu Per Kg, Warga Minta Pemkab Kontrol Harga
INISIATIF.CO, Blangpidie – Harga daging meugang lebaran Idulfitri 1446 H di kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) diprediksi bakal melambung tinggi seperti meugang sebelumnya yaitu pada kisaran harga Rp.220.000 per kilogramnya. Tingginya harga daging ini memicu kekhawatiran warga, sehingga meminta Pemkab segera mengambil langkah pengendalian harga.
“Bulan lalu harga daging meugang mencapai Rp.220 ribu per kg. Meugang kali ini diperkirakan tak jauh berbeda di harga tersebut, mungkin saja bisa lebih,” kata Syafrizal, salah seorang warga di Pasar Blangpidie, kepada INISIATIF.CO Senin (24/3/2025).
Kenaikan harga ini dinilai tidak wajar dan memberatkan, terutama bagi kalangan menengah ke bawah yang ingin merayakan tradisi meugang dengan membeli daging. Warga menuntut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Abdya untuk segera mengambil langkah konkret guna mengontrol harga agar tidak terulang seperti saat meugang puasa sebelumnya.
Meugang, yang menjadi tradisi penting bagi masyarakat Aceh dalam menyambut hari besar keagamaan, seharusnya menjadi momen kebersamaan dan kebahagiaan. Namun, tingginya harga daging di Abdya membuat banyak keluarga miskin kesulitan memenuhi kebutuhan ini.
“Harga daging Rp.220 ribu per kilogram itu sangat memberatkan. Bagaimana kami bisa menikmati meugang kalau harganya semahal itu?” tanya Syafrizal.
Masyarakat menilai Pemkab Abdya kurang serius dalam mengontrol harga daging, sehingga terjadi lonjakan yang tidak terkendali. Padahal, di daerah lain di Aceh, harga daging masih berada di kisaran Rp.160 ribu hingga Rp.180 ribu per kilogram. “Kenapa di Abdya bisa sampai Rp220 ribu? Ini tidak masuk akal. Pemkab harusnya bisa mengambil tindakan agar harga tidak kebablasan,” tambahnya.
Kepala Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Abdya, Zedi Saputra, ST, M.Si saat dihubungi INISIATIF.CO, Senin (24/3/2024) berujar, melonjaknya harga daging di Abdya akibat tingginya permintaan dan minim pasokan kerbau dan sapi dari lokal sehingga harus didatangkan dari luar.
“Kami berharap ke depan, kita dapat meningkatkan pasokan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan menjaga stabilitas harga,” ujar Zedi.
Selain itu, Zedi juga menjelaskan bahwa pemerintah tidak memiliki kewenangan penuh untuk menetapkan harga daging, terutama pada momen meugang.
“Prinsipnya, komoditas seperti gas dan minyak bisa diatur harganya oleh pemerintah, tetapi daging tidak termasuk dalam kategori tersebut. Harga daging sangat dipengaruhi oleh mekanisme pasar, yaitu permintaan tinggi dan ketersediaan stok,” ujar Zedi.
Sebelumnya, Pemkab Abdya memang telah menyiapkan lokasi khusus untuk penjualan daging Meugang. Namun, upaya tersebut dinilai belum cukup jika tidak disertai dengan pengawasan ketat terhadap harga. Masyarakat berharap, Pemkab bisa mengambil langkah tegas untuk menstabilkan harga daging, seperti bekerja sama dengan distributor atau memberikan subsidi untuk meringankan beban masyarakat.[]