Handphone Sekuler
Persis analogi beberapa teman lain yang mampu memainkan logika berpikir, bahwa memahami Qur’an digital yang terdapat di Hp ibarat memahami Qur’an yang berada di kepala para penghafal Qur’an (Hafidz). Qur’an di kepala mereka bukan dalam bentuk yang tertulis tapi berada dalam jaringan sel otak yang tidak diketahui keberadaannya, ibarat chip komputer yang berada dalam kepala mereka. Qur’an itu hadir saat otak memberi instruksi untuk hadir dalam bentuk lafalan.
Itulah seorang teman pengusaha berseloroh bahwa ketika seseorang dengan Hp yang memiliki aplikasi Qur’an cukup memastikan bahwa Qur’an tidak terbuka di layar saat masuk ke toilet dan tidak perlu melepaskan dari kantongnya, sama persis bagi siapa saja yang menghafal ayat atau surah yang tersimpan di kepalanya, tidak perlu melepas kepalanya saat masuk ke toilet.
Atas dasar argumen Qur’an yang ada di Hp bukanlah sesuatu yang tertulis, karenanya percampuran aplikasi Qur’an dengan aplikasi yang lain bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan, karena Qur’an sejatinya tidak berada dalam Hp yang secara fisik saat Qur’annya tidak terbuka.
Namun argumen ini saya debat karena ada pemahaman kolektif dari masyarakat Muslim khususnya dari guru agama bahwa kalau ingin hafalannya tinggal, jangan banyak cemari otaknya dengan hal-hal yang “kotor”.
Saya lebih tertarik dengan praktik seorang kawan senior, memilih menggunakan dua Hp. Satu Hp yang memiliki aplikasi Qur’an yang dia jamin kesuciannya dan satu Hp yang memiliki aplikasi dan program campuran yang tidak dijamin kesuciannya. Kalau begitu, saya perkenalkan istilah baru: Handphone sekuler.[]
*Penulis adalah Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin.