HUT RI Ke 80

Hamas Akhirnya Setuju Gencatan Senjata di Gaza, Separuh Sandera Israel Dibebaskan

Hamas menyetujui gencatan senjata 60 hari di Jalur Gaza yang dimediasi Mesir dan Qatar. Kesepakatan ini mencakup pembebasan sandera Israel, pertukaran tahanan Palestina, dan penyaluran bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza. (Foto: ANTARA).

INISIATIF.CO, Gaza – Gerakan Palestina Hamas resmi mengonfirmasi persetujuannya terhadap usulan gencatan senjata di Jalur Gaza yang diajukan oleh Mesir dan Qatar. Kesepakatan ini diumumkan pada Senin (18/8/2025) sebagai langkah awal menuju perdamaian jangka panjang di kawasan yang terus dilanda konflik.

“Gerakan Hamas dan faksi-faksi Palestina telah memberi tahu para mediator tentang persetujuan mereka untuk menerima usulan yang diserahkan kemarin oleh Mesir dan Qatar,” demikian pernyataan resmi Hamas.

Seorang sumber Mesir mengungkapkan kepada RIA Novosti bahwa kesepakatan tersebut mencakup penghentian sementara permusuhan di Jalur Gaza selama 60 hari. Selain itu, kesepakatan juga mengatur mekanisme pembebasan sandera dan tahanan politik.

“Usulan yang disetujui Hamas mencakup penghentian sementara permusuhan di Jalur Gaza selama 60 hari, yang diharapkan akan mengarah pada perdamaian jangka panjang, serta pembebasan separuh sandera Israel dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel,” ungkap sumber Mesir tersebut.

Dalam isi perjanjian, Hamas sepakat untuk membebaskan setengah dari sandera Israel secara bertahap. Sebagai imbalannya, Israel diharapkan membebaskan sejumlah tahanan Palestina. Pemindahan sandera akan dilakukan dalam dua tahap, termasuk pemindahan jenazah korban konflik, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.

Selain itu, perjanjian juga mencakup pengiriman bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Jalur Gaza. Bantuan ini direncanakan mampu mencukupi kebutuhan mendesak warga sipil yang selama berbulan-bulan terjebak dalam krisis akibat konflik bersenjata.

Kesepakatan gencatan senjata ini dipandang sebagai pintu masuk menuju proses rekonsiliasi yang lebih luas di Timur Tengah. Mesir dan Qatar, sebagai mediator utama, berharap langkah ini menjadi fondasi bagi terciptanya perdamaian yang berkelanjutan antara Palestina dan Israel.

Meski demikian, pengamat menilai pelaksanaan di lapangan akan menjadi tantangan besar. Gencatan senjata sebelumnya kerap berakhir dengan pelanggaran. Namun, kali ini, adanya pertukaran sandera dan tahanan diharapkan menjadi pengikat kuat bagi kedua pihak untuk mematuhi perjanjian.[]

Editor : Yurisman
inisiatifberdampak
Tutup