Ramadhan

Garuda Indonesia Catat Pendapatan Rp5,65 Triliun, Rugi Rp1,1 Triliun

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melaporkan pencapaian pendapatan sebesar Rp5,65 triliun pada kuartal pertama tahun 2025. Namun, maskapai pelat merah ini masih mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp1,1 triliun. (Foto Garuda Indonesia).

INISIATIF.CO, Jakarta – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melaporkan pencapaian pendapatan sebesar Rp5,65 triliun pada kuartal pertama tahun 2025. Namun, maskapai pelat merah ini masih mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp1,1 triliun dalam periode yang sama.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan bahwa pendapatan tersebut tumbuh 10% secara tahunan (year-on-year/yoy). Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan jumlah penumpang yang mencapai 4,5 juta orang pada Januari-Maret 2025, naik 15% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

“Kami melihat pemulihan permintaan yang konsisten, terutama dari pasar domestik dan regional Asia Tenggara,” ujar Irfan dalam paparan kinerja kuartalan, Kamis (27/3/2025).

Meski pendapatan meningkat, beban operasional yang masih tinggi menyebabkan perseroan belum mampu mencapai titik impas. Komponen biaya terbesar berasal dari kenaikan harga avtur sebesar 20% serta biaya perawatan armada.

Adapun beban operasional Garuda Indonesia pada kuartal I-2025 mencapai Rp6,2 triliun, naik 8% dibandingkan tahun sebelumnya. Biaya bahan bakar minyak (BBM) menyumbang 35% dari total beban operasional, diikuti biaya sewa pesawat sebesar 25%.

Irfan menambahkan, perseroan terus melakukan efisiensi operasional melalui restrukturisasi armada dan renegosiasi kontrak sewa pesawat. Garuda telah mengembalikan 5 unit pesawat sewaan dan merampingkan rute-rute yang kurang menguntungkan sepanjang kuartal pertama tahun ini.

“Kami proyeksikan beban operasional akan turun 10-15% pada kuartal berikutnya seiring penyelesaian program restrukturisasi,” jelasnya.

Di sisi lain, Garuda Indonesia berhasil memperbaiki kinerja operasional dengan mencatatkan EBITDA positif sebesar Rp850 miliar. Rasio beban terhadap pendapatan (cost to income ratio) juga membaik menjadi 1,1 kali dari sebelumnya 1,3 kali pada kuartal I-2024.

Analis pasar modal memandang kinerja Garuda kuartal I-2025 menunjukkan tren perbaikan meski masih rugi.

“Pertumbuhan pendapatan dan EBITDA positif adalah sinyal baik, tapi perseroan butuh akselerasi pemangkasan biaya,” kata Lucky Hikmat, analis PT Bahana Sekuritas.

Hingga penutupan perdagangan Kamis (27/3), saham GIAA di Bursa Efek Indonesia terapresiasi 2,5% ke level Rp520 per saham. Nilai kapitalisasi pasar perseroan mencapai Rp11,2 triliun.

Garuda Indonesia memproyeksikan akan mencapai titik impas operasional pada akhir 2025 seiring pemulihan industri penerbangan global dan penyelesaian program restrukturisasi. Perseroan menargetkan pertumbuhan penumpang 10-12% dengan tingkat keterisian (load factor) 80% sepanjang tahun ini.[]

Editor : Ikbal Fanika
Tutup