Ekspor Menurun, Aceh Catat Defisit Perdagangan US$11,57 Juta pada Oktober 2025

Inisiatif Logo, Banda Aceh — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh merilis bahwa pada Oktober 2025 Aceh mencatat defisit perdagangan sebesar US$11,57 juta, dipicu turunnya nilai ekspor dan tingginya realisasi impor sepanjang periode tersebut.

BPS menyebut nilai ekspor Aceh pada Oktober hanya mencapai US$48,50 juta, turun 3,84 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Angka itu tidak mampu menutup nilai impor yang mencapai US$60,07 juta, sehingga neraca dagang kembali berada di zona negatif.

“Seluruh ekspor Aceh pada Oktober 2025 berasal dari komoditas non-migas. Komoditas unggulan yang mendominasi adalah batubara, dengan nilai ekspor mencapai US$30,95 juta atau 63,82 persen dari total ekspor,” dalam siran pers BPS Aceh, (1/12/2025).

Dari sisi negara tujuan, India masih menjadi mitra dagang terbesar dengan nilai ekspor US$39,45 juta atau 81,35 persendari total ekspor, terutama untuk komoditas batubara dan CPO. Menyusul di posisi kedua adalah Jepang dengan nilai US$2,99 juta, didorong oleh permintaan bahan anyaman nabati dan produk kimia. Sementara Thailand mencatat angka ekspor US$1,27 juta, dengan komoditas utama berupa batubara serta daging dan ikan olahan.

BPS juga mencatat bahwa sebagian besar ekspor Aceh dilakukan melalui pelabuhan di wilayah Aceh dengan nilai US$42,45 juta (87,52 persen), sedangkan US$6,05 juta lainnya diekspor melalui pelabuhan provinsi lain, terutama Sumatera Utara sebesar US$5,92 juta.

Pada sisi impor, Aceh masih bergantung pada bahan baku dan energi. Total impor Oktober 2025 didominasi oleh propana/butana dengan nilai mencapai US$42,92 juta, menjadikan Amerika Serikat sebagai negara asal impor terbesar.

Selain itu, Rusia menjadi pemasok penting dengan nilai impor US$8,43 juta berupa pupuk, dan Tiongkok mencatat nilai US$7,46 juta untuk komoditas bahan kimia anorganik.

Defisit perdagangan yang terjadi pada Oktober 2025 menambah daftar pekerjaan rumah bagi Aceh dalam memperkuat sektor ekspor, terutama diversifikasi komoditas dan efisiensi logistik.

Dengan ketergantungan besar pada komoditas primer seperti batubara dan pada saat yang sama tingginya kebutuhan impor energi serta bahan baku industri, struktur perdagangan Aceh masih menghadapi tantangan utama untuk mencapai keseimbangan jangka panjang.[]

Editor : Yurisman
inisiatifberdampak
Tutup