ANTINARKOBA

Deretan Jenderal dan Ilmuwan Nuklir Iran Terbunuh dalam Serangan Israel

Hossein Salami. (Foto: Reuters).

INISIATIF.CO, Jakarta – Perang 12 hari antara Iran dan Israel yang dimulai sejak Jumat (13/06/2025) meninggalkan jejak luka mendalam bagi Republik Islam Iran.

Dalam operasi militer masif bertajuk Operasi Rising Lion, militer Israel menargetkan puluhan fasilitas strategis, termasuk situs nuklir, markas militer, dan kawasan permukiman sipil.

Serangan itu bukan hanya menghancurkan infrastruktur, tapi juga menewaskan sejumlah tokoh penting Iran, dari jajaran jenderal tertinggi hingga para ilmuwan nuklir terkemuka.

Serangan udara Israel dilaporkan telah menewaskan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mohammad Bagheri, seorang tokoh sentral dalam struktur militer Iran. Bagheri dikenal sebagai tokoh moderat di antara para jenderal IRGC dan sempat menyerukan perdamaian dalam pidatonya di Persepolis beberapa bulan lalu. Sebagai penggantinya, pemerintah Iran menunjuk Abdolrahim Mousavi, seorang jenderal non-IRGC.

Mohammad Bagheri. (Foto: Getty Image).

Tak hanya Bagheri, Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Hossein Salami, juga gugur. Salami dikenal sebagai orator ulung dan tokoh garis keras yang kerap melontarkan peringatan keras terhadap Israel dan Amerika Serikat. Sebelum serangan, Salami menyatakan bahwa Iran akan “membuka gerbang neraka” jika diserang. Posisi Salami kini digantikan oleh Mohammad Pakpour.

Hossein Salami. (Foto: Reuters).

Selain itu, Kepala Markas Pusat Khatam-al Anbiya IRGC, Gholamali Rashid, turut menjadi korban. Rashid sebelumnya dikenal sebagai arsitek strategi pertahanan Iran. Sebagai gantinya, Ali Shadmani ditunjuk untuk memimpin komando gabungan tersebut.

Gholamali Rashid. (Foto: AFP).

Salah satu korban paling strategis adalah Amir Ali Hajizadeh, komandan Pasukan Dirgantara IRGC yang bertanggung jawab atas sistem rudal Iran. Hajizadeh tewas bersama sejumlah komandan lainnya saat berada di pusat komando bawah tanah yang dihantam oleh jet tempur Israel. Hajizadeh sebelumnya dikenal publik sebagai tokoh yang mengaku bertanggung jawab atas insiden jatuhnya pesawat Ukraina tahun 2020.

Amir Ali Hajizadeh. (Foto: AFP).

Ilmuwan Nuklir Iran Jadi Korban

Israel juga disebut secara sistematis membidik tokoh-tokoh penting dalam program nuklir Iran. Salah satunya adalah Fereydoon Abbasi, mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran dan eks anggota parlemen, yang dikenal sebagai pendukung kuat pengembangan senjata nuklir. Ia tewas dalam serangan yang diarahkan ke pusat riset nuklir.

Fereydoon Abbasi. (Foto: AFP).

Media pemerintah Iran melaporkan tewasnya sejumlah ilmuwan nuklir lainnya, termasuk:

  • Mohammad Mehdi Tehranchi, Rektor Universitas Azad Teheran

  • Abdulhamid Minouchehr, Kepala Teknik Nuklir Universitas Shahid Beheshti

  • Ahmad Reza Zolfaghari dan Amirhossein Feqhi, profesor teknik nuklir di Universitas Shahid Beheshti

Kematian mereka menjadi pukulan berat bagi kemajuan program energi atom Iran, yang selama ini menjadi sumber ketegangan dengan negara-negara Barat dan Israel.

Selain tokoh militer dan ilmuwan, puluhan warga sipil dilaporkan turut menjadi korban, termasuk perempuan dan anak-anak. Pemerintah Iran menyebut serangan Israel sebagai tindakan biadab dan pelanggaran terhadap hukum internasional.

Dalam pidatonya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa rakyat Iran tidak akan menyerah pada tekanan asing.

“Mereka yang tahu sejarah dengan baik menyadari bahwa Iran dan rakyatnya tidak taat untuk menyerah,” tegasnya.

Serangan besar-besaran Israel ke jantung pertahanan dan teknologi Iran selama Perang 12 Hari memperlihatkan upaya sistematis untuk melumpuhkan kekuatan militer dan nuklir Republik Islam itu. Namun, meskipun kehilangan tokoh-tokoh penting, Iran justru menunjukkan sikap perlawanan dan konsolidasi. Kini, dunia menunggu: apakah ini akan menjadi akhir dari eskalasi, atau awal dari konflik yang lebih luas.[]

Editor : Yurisman
Tutup