BPS: Ekonomi Aceh Naik 4,82 Persen, Sektor Pertanian dan Ekspor Unggul
INISIATIF.CO, Banda Aceh — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat ekonomi Aceh tumbuh positif sebesar 4,82 persen pada triwulan II tahun 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year).
Pertumbuhan ini ditopang oleh dua sektor utama yang mencatat kinerja mengesankan, yakni pertanian dan ekspor barang dan jasa.
Plt. Kepala BPS Aceh, Tasdik Ilhamudin, dalam keterangan resmi yang diterima INISIATIF.CO Selasa, (7/8/2025), menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Aceh juga mengalami peningkatan sebesar 3,02 persen secara triwulanan (q-to-q), dibandingkan triwulan I-2025.
“Pertumbuhan ini mencerminkan pergerakan ekonomi Aceh yang mulai menunjukkan tren positif, dengan sektor-sektor unggulan seperti pertanian dan ekspor memberikan kontribusi signifikan,” ujar Tasdik.
Dari sisi lapangan usaha, pertanian, kehutanan, dan perikanan kembali menegaskan dominasinya dalam struktur ekonomi Aceh. Sektor ini menyumbang 31,52 persen terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), menjadikannya kontributor terbesar.
Lebih dari itu, sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,93 persen secara tahunan. Diikuti oleh sektor industri pengolahan yang tumbuh 6,50 persen, serta sektor transportasi dan pergudangan yang mencatat lonjakan paling tinggi, yaitu 13,37 persen.
Salah satu sorotan penting dalam rilis BPS adalah lonjakan ekspor barang dan jasa, yang tumbuh sebesar 17,62 persen (y-on-y). Komponen ekspor kini menjadi motor penggerak ekonomi dengan kontribusi sebesar 64,43 persen dalam struktur pengeluaran PDRB Aceh.
“Kinerja ekspor yang kuat menunjukkan bahwa produk-produk Aceh mulai mampu bersaing di pasar luar negeri, ini potensi besar untuk akselerasi ekonomi ke depan,” jelas Tasdik.
Sementara itu, pengeluaran konsumsi rumah tangga tetap menjadi kekuatan domestik, mencakup 55,24 persen dari pengeluaran PDRB. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencatat kontribusi 30,72 persen, meski mengalami kontraksi 2,13 persen.
Di tengah pencapaian tersebut, BPS juga mencatat adanya kontraksi pada beberapa sektor. Pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami penurunan tajam sebesar 9,40 persen, yang berpengaruh pada perlambatan di sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang terkontraksi 0,22 persen.
Selain itu, sektor jasa perusahaan juga mencatatkan penurunan sebesar 2,24 persen, serta konstruksi yang turun tipis 0,28 persen.
Menanggapi kondisi ini, BPS menekankan pentingnya diversifikasi dan penguatan sektor non-pemerintah dalam struktur ekonomi Aceh.
“Pertanian dan ekspor memang menjadi andalan, tapi ketahanan ekonomi jangka panjang memerlukan dukungan dari sektor industri, jasa, dan investasi yang kuat,” tutup Tasdik.[]