Beasiswa Aceh Carong Antar Anak Penjaga Warung Raih Gelar Sarjana Perbankan Syariah
Tema itu ia pilih bukan tanpa alasan. Baginya, skripsi ini adalah potret dari kenyataan yang ia alami sendiri, tentang ibu-ibu tangguh yang menopang keluarga lewat usaha kecil, seperti yang dilakukan ibunya sendiri. Ia ingin menunjukkan, secara ilmiah dan nyata, bahwa lembaga keuangan syariah dapat menjadi motor pemberdayaan ekonomi umat, terutama bagi mereka yang memulai dari bawah dan berjuang dari nol.
Ketekunan Melani menuai apresiasi dari para dosen penguji. Dr Israk Ahmadsayah BEc MEc MSc dan Mukhsal MEI sebagai pembimbing, serta Muhammad Arifin PhD dan Evy Iskandar, SE MSi Ak CA CPA sebagai penguji.
Melani lahir pada 25 Oktober 2003 di Aceh Singkil. Ia tumbuh dalam kesederhanaan, namun tak pernah kekurangan kasih sayang dan semangat untuk belajar. Kepergian ayah kandungnya sejak usia belia tak membuatnya patah. Peran itu dilanjutkan oleh Suhadi, ayah sambungnya yang mendampingi tumbuh kembang Melani dengan penuh tanggung jawab dan kasih.
Dua saudara kandungnya telah lebih dulu menyelesaikan studi sarjana di UIN Ar-Raniry tahun lalu. Kini giliran Melani yang menyusul, membawa harapan baru bagi keluarganya.
Ibunya, Irmayani, menjadi tiang doa dan semangat. Dengan sabar mengelola warung kecil di sudut kampung, Irmayani menyemai harapan dalam setiap piring ‘mie laca-laca’ yang ia masak dan setiap langkah kaki putrinya menuju kampus.
Kini, setelah menyelesaikan S1, Melani menyimpan asa untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang magister melalui jalur beasiswa.
“Pendidikan telah membuka banyak jalan. Kalau Allah izinkan, saya ingin lanjut S2, mungkin di bidang akuntansi UGM melalui program beasiswa seperti LPDP,” ucapnya dengan mata berbinar.
Kepada mahasiswa lain, Melani membagikan kiat menyelesaikan kuliah tepat waktu. Ia menyusun rencana studi sejak awal dan mengambil SKS maksimal yang mampu dijalani. Ia juga menjaga komunikasi dengan dosen, mengerjakan tugas tepat waktu, dan tidak menunda mata kuliah inti.
Kisah Melani menjadi salah satu bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih pendidikan tinggi, selama ada semangat, dukungan keluarga, dan akses terhadap program pendidikan yang berpihak pada mereka yang membutuhkan.[]