Bantuan Pascabanjir di Abdya Dinilai Tak Sesuai Kebutuhan, Warga Protes Hanya Terima 7 Mie Instan
INISIATIF.CO, Abdya – Warga Desa Kepala Bandar, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), mengecam ketidaklayakan bantuan pascabanjir dari Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Abdya.
Padahal, banjir yang melanda Abdya pada awal Maret 2025 itu telah menggenangi 49 desa di delapan kecamatan, merusak ratusan rumah beserta isinya, lahan pertanian, dan fasilitas umum.

Namun bantuan yang diterima warga justru tak sesuai harapan. Salah satu warga Desa Kepala Bandar membeberkan bantuan yang diterima hanya 7 bungkus mie instan dan 5 gelas air mineral per keluarga. Hal ini memicu kekecewaan dan protes warga terhadap upaya pemerintah kabupaten (Pemkab) Abdya dalam menangani banjir serta dampaknya.
Kerugian besar, bantuan minim
Banjir yang menerjang Aceh Barat Daya termasuk desa Kepala Bandar pada Selasa (4/3) malam menggenangi puluhan rumah warga dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter.
Seorang warga, Abi Rafka (39), mengisahkan kerugian material yang dialaminya. “Air masuk ke rumah hingga lutut orang dewasa. Lemari, kasur, dan gabah hasil panen yang belum sempat dijual semuanya terendam,” ujar Abi Rafka kepada INISIATIF.CO, Selasa (11/3/2025).
Ia protes bantuan dari Pemkab yang jauh dari kata layak alias asal asalan. Padahal dampak kerugian material yang ditimbulkan cukup besar.
Keuchik desa Kepala Bandar, Salman, memahami keluhan warga. Dalam pesan tertulis di Grup WhatsApp (WAG) Gampong setempat, Jumat (7/3/2025), ia menyatakan bahwa pihaknya telah melaporkan 109 warga terdampak ke BPBK Abdya.
“Kami mengirim data korban, tapi bantuan yang turun sangat minim. BPBK juga meminta maaf atas keterbatasan ini,” ujar Salman, dalam WAG menanggapi keluhan warga.
Selain itu, distribusi bantuan banjir juga tidak merata. Beberapa warga dusun di desa itu juga melayangkan protes disebabkan bantuan belum mereka terima.
“Alhamdulillah dusun 1 dapat bantuan, walaupun tidak semuanya yang kena dapat bantuan,” sebut salah satu warga.
BPBK Abdya belum memberikan klarifikasi resmi terkait bantuan ini. Sumber internal BPBK yang enggan disebutkan namanya menyebut keterbatasan anggaran dan logistik sebagai penyebab utama minimnya bantuan.
“Kami hanya bisa menyalurkan stok darurat karena banjir terjadi serentak di 8 kecamatan,” ujar sumber tersebut.
Banjir di Abdya bukan kali pertama terjadi. Pada 2023, daerah ini juga dilanda banjir serupa, tetapi evaluasi sistem penanganan bencana dinilai masih lamban. Warga berharap pemerintah daerah turun tangan menangani banjir serta memastikan bantuan tepat sasaran terhadap korban banjir.[]