Air Bersih dan Sanitasi Masih Jadi Persoalan Dasar di Abdya, Blangpidie Pun Tak Luput
INISIATIF.CO, Blangpidie – Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur fisik, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) ternyata masih menghadapi persoalan mendasar, akses air bersih dan sanitasi. Ironisnya, problem ini tak hanya dirasakan di wilayah pedalaman, tetapi juga di jantung kabupaten, Blangpidie.
Rektor Universitas Teuku Umar (UTU), Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si, saat berbincang dengan INISIATIF.CO Kamis (24/4/2025) mengungkapkan keprihatinannya. Menurutnya, kebutuhan dasar masyarakat seperti air bersih dan sanitasi seharusnya menjadi prioritas utama dalam agenda pembangunan daerah.
“Air bersih saja kalau kita lihat belum ada. Kota Blangpidie, yang kita tahu sumber airnya melimpah, masih belum maksimal. Ke Jeumpa saja susah airnya,” ujar Prof. Ishak dengan nada serius.
Ia menambahkan, akses air bersih yang minim berkorelasi langsung dengan buruknya sanitasi masyarakat. Kondisi ini, menurutnya, menjadi indikasi bahwa pembangunan di Abdya belum menyentuh akar persoalan kesejahteraan rakyat.
“MCK (mandi, cuci, kakus) belum tersedia di setiap rumah. Sanitasi lingkungan masih buruk. Ini kebutuhan dasar yang semestinya sudah dituntaskan sejak lama,” tegasnya.
Padahal, imbuh Prof. Ishak, pemenuhan hak dasar seperti air bersih bukan hanya menyangkut aspek kesehatan, tetapi juga kehormatan dan kualitas hidup masyarakat. Jika persoalan mendasar ini tak segera ditangani, maka upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup akan terus tersendat.
Di tengah tantangan tersebut, ia mengusulkan pentingnya sinergi lintas sektor, termasuk pelibatan kampus dan akademisi untuk membantu merumuskan solusi yang konkret dan berkelanjutan.
“Kita di kampus punya banyak SDM, ada doktor-doktor baru di UTU. Mereka siap duduk bersama dinas-dinas, tanpa harus dibayar, demi kemajuan daerah. Tinggal bagaimana kemauan pemerintah membuka ruang kolaborasi,” ujarnya.
Prof. Ishak juga menyoroti perlunya blueprint pembangunan yang jelas dan berkesinambungan, agar persoalan-persoalan mendasar seperti air bersih dan sanitasi tidak terpinggirkan oleh proyek-proyek mercusuar.
“Kalau tidak ada arah pembangunan yang jelas, kita hanya akan menghasilkan proyek-proyek mangkrak. Yang rugi, ya masyarakat,” katanya.
Refleksi ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan pembangunan bukan diukur dari megahnya gedung atau panjangnya jalan, tapi dari seberapa layak kehidupan rakyat di daerah tersebut. Dan sejauh ini, air bersih yang menjadi kebutuhan paling dasar, bahkan di kota Blangpidie, masih jauh dari harapan.[]