85 Persen Beras Premium Tak Sesuai Standar, Dokter Ingatkan Dampak Konsumsi Beras Oplosan
INISIATIF.CO, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap temuan mengejutkan dari hasil investigasi terhadap 268 sampel beras dari 212 merek yang beredar di pasaran. Pemeriksaan yang dilakukan pada 6–23 Juni 2025 itu menunjukkan bahwa sebagian besar beras kategori premium dan medium ternyata tidak memenuhi standar mutu nasional.
Dalam laporan resmi Kementan, sebanyak 85,56 persen beras premium dan 88,24 persen beras medium yang diuji tidak sesuai dengan standar. Parameter pengujian meliputi kadar air, persentase butir patah, beras kepala, dan derajat sosoh.
Temuan ini memicu kekhawatiran publik, terutama karena banyak konsumen rela mengeluarkan biaya lebih demi mendapatkan kualitas beras terbaik. Sayangnya, banyak dari mereka justru mengonsumsi beras yang telah dioplos antara kualitas tinggi dan rendah.
Menanggapi fenomena ini, dokter spesialis penyakit dalam, Dr. Aru Ariadno, menjelaskan bahwa dari segi kesehatan, beras oplosan yang terdiri dari campuran beras asli tidak menimbulkan efek fatal.
“Sepanjang yang dimasak adalah beras asli—baik oplosan maupun premium—tidak memiliki efek fatal,” ujar Aru, dikutip dari Detik, Sabtu (19/7/2025).
Namun, menurutnya, ada dampak yang tetap perlu diwaspadai, terutama terkait kualitas gizi. Beras premium umumnya memiliki kandungan vitamin B1 yang lebih tinggi dibanding beras biasa. Jika dioplos, maka kandungan nutrisi nasi pun ikut menurun.
“Mencampur beras premium dengan beras kualitas rendah bisa menurunkan nilai gizi nasi,” jelasnya.
Selain itu, Dr. Aru juga menyebut bahwa beras berkualitas rendah cenderung lebih cepat basi setelah dimasak dibandingkan beras premium murni.
Temuan ini diharapkan menjadi perhatian bagi instansi terkait dalam mengawasi distribusi pangan, sekaligus menjadi peringatan bagi pelaku usaha agar tidak melakukan praktik curang yang merugikan konsumen.[]