ANTINARKOBA

60.000 Orang Tewas dalam Tragedi Chernobyl 1986, Ledakan Nuklir Terparah Akibat Kecerobohan Manusia

Ledakan reaktor Chernobyl menewaskan puluhan ribu dan mencemari Eropa. Tragedi ini jadi titik balik dunia soal energi nuklir. (Foto: Volodymir Repik/AP).

INISIATIF.CO – Pada 26 April 1986, dunia menyaksikan salah satu bencana nuklir paling mengerikan dalam sejarah, ledakan reaktor di Chernobyl, Ukraina, yang kala itu merupakan bagian dari Uni Soviet. Peristiwa ini bukan hanya akibat kecelakaan teknis, melainkan juga cerminan dari ambisi besar dan kecerobohan manusia.

Program nuklir Chernobyl merupakan wujud ambisi Uni Soviet untuk memiliki kekuatan nuklir terbesar di dunia. Sejak 1977, pemerintah berhasil membangun reaktor nuklir berkekuatan 1.000 megawatt, cukup untuk menyuplai listrik bagi satu negara selama bertahun-tahun. Pengembangan ini terus berlangsung hingga akhirnya terjadi musibah besar pada 1986.

Saat itu, terdapat empat reaktor nuklir skala besar di Chernobyl dengan kekuatan sepadan, sementara beberapa reaktor lainnya masih dalam tahap uji coba. Salah satu uji coba dilakukan untuk memastikan sistem pendingin bekerja tanpa henti, karena reaktor nuklir harus tetap dalam kondisi dingin dengan pasokan air 24 jam sehari. Jika tidak, reaktor bisa mengalami overheating dan memicu ledakan.

Uji coba tersebut dilakukan pada 26 April 1986, dengan tujuan mengetahui berapa lama turbin dapat terus menyuplai air pendingin saat terjadi pemadaman listrik. Namun, pelaksanaannya diwarnai oleh kurangnya kompetensi dan sikap abai dari para pemimpin proyek.

Deputi Kepala Teknisi Anatoly Stepanovich Dyatlov dan Kepala Teknisi Nicholai Fomin menunjukkan sikap tidak terbuka terhadap masukan dan mengabaikan kondisi sebenarnya. Fomin mengetahui bahwa tenaga reaktor hanya 200 megawatt, jauh di bawah angka minimal sebesar 700 megawatt, namun tetap melanjutkan uji coba. Dyatlov bersikeras agar tes dilakukan hari itu juga, meskipun para teknisi sudah menyatakan ketidaksiapan mereka. Akibat tekanan dan ancaman mutasi, para teknisi akhirnya mengikuti perintah tersebut.

Ketika malam berganti, teknisi menyalakan generator dan turbin air berhasil beroperasi. Namun, tenaga generator menurun drastis dan tidak mampu terus menyala, menyebabkan suhu inti reaktor meningkat dengan cepat.

Para teknisi bergegas menekan tombol SCRAM di komputer, yang berfungsi sebagai perintah darurat untuk mengaktifkan sistem pendingin. Sayangnya, tombol tersebut tidak berfungsi karena tidak pernah diuji sebelumnya. Akibatnya, reaktor nuklir mengalami overheating hingga mencapai suhu 3.000 derajat Celsius, dan akhirnya meledak dengan dahsyat.

Ledakan ini menyebabkan radiasi nuklir menyebar luas, sementara banyak warga masih tertidur lelap dan tidak sempat melarikan diri, sehingga terpapar radiasi tingkat tinggi.

Pada saat itu, alat pendeteksi radiasi tidak mampu mengukur tingkat radiasi yang sangat tinggi tersebut. Ketika matahari terbit, orang-orang menyadari adanya debu bertebaran, yang ternyata adalah partikel-partikel nuklir. Akibatnya, banyak orang terkena dampak fatal dari radiasi tersebut.

Menurut data dari World Nuclear Association, 30 operator dan petugas pemadam kebakaran tewas dalam tiga bulan pertama setelah kecelakaan. Sebanyak 134 orang didiagnosis menderita sindrom radiasi akut, dengan 28 di antaranya meninggal dalam beberapa minggu. Selain itu, sekitar 600.000 orang yang terlibat dalam pembersihan terpapar radiasi, meskipun tidak semuanya mengalami efek fatal.

Radiasi dari ledakan Chernobyl menyebar hingga lebih dari 200.000 kilometer persegi di Eropa, mencemari wilayah-wilayah di Ukraina, Belarus, dan Rusia, serta mencapai negara-negara lain di Eropa. Wilayah sekitar Chernobyl diperkirakan tidak dapat dihuni manusia selama 20.000 tahun akibat tingkat radiasi yang sangat tinggi.

Tragedi Chernobyl menjadi pelajaran penting tentang bahaya ambisi tanpa kehati-hatian dan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana serta kerja sama tim yang solid dalam proyek-proyek berisiko tinggi. Uji coba yang detail dengan prosedur yang mumpuni sangat krusial untuk menjalankan proyek besar, terutama yang berkaitan dengan keselamatan jiwa manusia.[]

Editor : Ikbal Fanika
Tutup